Harga Tiket: Gratis; Map: Cek Lokasi Alamat: Jl. Kelenteng, Kec. Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat. |
Padang juga memiliki kota tua di Kampung Pondok. Anda dapat menemukan sebuah Klenteng See Hin Kiong bersejarah di daerah ini yang memiliki unsur nilai kebudayaan dari masyarakat Tionghoa yang ada di padang dan telah menjadi lokasi yang populer dan kerap kali menjadi destinasi wisata bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara
Berjalan-jalan di Kampung Tionghoa Kota Padang di Jalan Kelenteng yang ada di Kampung Pondok, Kecamatan Padang Barat Sumatera Barat akan mempercantik suasana dengan hadirnya aksesoris etnis Tionghoa seperti candi, arca, dan aksara Tionghoa. Ketika Tahun Baru Imlek, lentera merah menggantung di jalan dan mencium aroma dupa
Sejarah Klenteng See Hin Kiong

Anda akan dapat menemukan banyak sekali bangunan yang telah dibangun sejak abad ke-19. Terdapat bangunan yang sangat terkenal dan diberi nama See Hin Kiong dan telah dinobatkan sebagai kuil pertama dan juga tetua yang ada di Kerajaan Minang. Penyebutan nama klenteng ini telah menjadi tradisi dari masyarakat Tionghoa ketika menyebut tempat ibadah
Tidak hanya itu, lokasi tersebut juga dijadikan sebagai lokasi kegiatan keagamaan yang berkaitan dengan tridharma yang mencakup ajaran Buddhisme, Taoisme dan Konfusianisme. Istilah ini sangat jarang digunakan dan hanya bisa ditemukan di Indonesia. asal muasal penyebutan klenteng adalah dari suara yang didengar ketika Genta dipukul
Ketika Genta yang dipukul berukuran besar maka akan memunculkan suara seperti klenting. Pada awal terbentuknya, klenteng ini diberi nama Kwan Im Teng yang telah dibangun pada tahun 1861 saat pedagang yang berasal dari marga Tjoan Tjioe dan Tjiang datang di tanah Padang. Dulunya klenteng ini dibangun dengan menggunakan bahan kayu dan daun rumbia
Situs Seehinkiong.org melaporkan zaman Raja Ham Hong pada tahun Soen Yoe sepanjang 1861 M terjadi suatu tragedi karena kecerobohan Sae Kong (Pandita), terjadi kebakaran yang membuat Kuil Kwan Im Teng menjadi puing-puing tak tersisa. Saat itu, Kapten Lee Goan Hoat dan Letnan Lee Lien It setuju untuk membangun kembali Klenteng Kwan Im Teng
Konstruksi dimulai pada tahun 1893 dan selesai pada tahun 1897. Kemudian, pada tahun 1905, Kwan Im Teng berganti nama menjadi Klenteng See Hin Kiong. Bukti pembangunan klenteng ini dapat dilihat pada monumen batu di dalam bangunan, namun sayangnya rusak parah akibat gempa pada tanggal 30 September 2009 dan tidak lagi digunakan sebagai tempat peribadatan.
Karena kelenteng lama merupakan cagar budaya, maka kelenteng lama telah direnovasi dan dijadikan museum bagi masyarakat Tionghoa Padang. Sebaliknya, klenteng baru dibangun pada 2010 di tempat lain, tidak jauh dari lokasi yang lama. Bangunan klenteng baru ini memiliki desain yang tidak jauh berbeda dengan bangunan klenteng lama.
Dirancang langsung oleh arsitek negeri Panda dan meniru model klenteng air mancur kuno Hokkian Tjoan Tjiu, klenteng ini telah dibanjiri pengunjung sejak diresmikan kembali pada akhir Maret 2013. Kuil ini terbuka untuk umum dari pagi hingga jam 9 malam. Jamaah tidak diperbolehkan masuk ke dalam pura dan hanya bisa menikmati suasana di pelataran klenteng.
Biasanya, klenteng ini tidak dibuka untuk umum pada hari raya sembahyang Tionghoa dan sebenarnya difokuskan menjadi tempat peribadatan daripada objek wisata. Namun tempat ini juga bisa dijadikan sebagai objek wisata yang wajib dikunjungi saat berkunjung ke kota Padang terutama saat mendekati hari raya tahun baru Imlek
Saat Tahun Baru Imlek, klenteng ini sering dikunjungi berbagai kalangan dan daerah di luar kota Padang. Klenteng See Hin Kiong merupakan salah satu tempat populer bagi masyarakat Padang untuk mencari foto-foto rakyat dan berfoto selfie. Ini juga merupakan tempat yang sangat populer bagi anak muda untuk nongkrong sambil minum kopi.
Suasana Jalan Kelenteng sedikit berbeda setiap kali Tahun Baru Imlek dan terlihat lebih hidup dari biasanya. Semua bangunan dan jalan di sini dihiasi dengan barang-barang kecil dan berbagai ornamen. Atraksi seni tradisional Tiongkok, seperti barongsai, naga, dan atraksi singa Beijing, akan ditampilkan kepada masyarakat umum.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi

Kelenteng See Hin Kiong terletak di Jalan Kelenteng, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat. Tidak sulit untuk menemukan ke lokasi Kelenteng, karena sebagian besar masyrakat Padang tahu tempat ibadah umat Buddha ini, jadi kita tidak perlu khawatir nyasar jika ingin berkunjung ke Cagar Budaya ini.
Jika Anda dari Bandara Minangkabau, cukup menggunakan transportasi taksi atau ojek online, maka anda bisa langsung meminta driver untuk diantar ke kawasan Kelenteng See Hin Kiong.
Namun, jika Anda ingin lebih menikmati perjalanan, maka bisa naik Damri atau Tranex. Anda turun di RTH Imam Bonjol lalu lanjut berjalan kaki sekitar 20 menit menuju Kelenteng.
Aktivitas yang Menarik Dilakukan di Klenteng See Hin Kiong

1. Sembahyang Kepada Thian
Tuhan dalam agama Tionghoa adalah konsep ketuhanan dalam agama masyarakat Tionghoa. Dalam agama Konfusianisme, nama Tuhan adalah Khonghucu yang berarti Satu yang Agung, Maha Kuasa, Maha Esa. Kitab agama Khonghucu bernama Wujing atau Kitab Lima yang memuat beberapa istilah atau frasa ketuhanan seperti Huang Tian, Min Tian, dan Shang Di.
Nabi Kongzi menyebutnya TIAN. Buku Jung Yong, konsep ketuhanan Konfusianisme diungkapkan dalam Bab XV dan sifat Tuhan adalah roh tertinggi, terlihat, tidak melihat apa-apa, mendengar apa-apa, tapi semua Keberadaan tidak ada apa-apa tanpa Tuhan. Wahyu Tuhan tidak dapat diprediksi atau diputuskan. Kesempurnaan-Nya begitu besar sehingga bisa dirasakan.
2. Perayaan Tahun Baru Imlek
Tahun Baru Imlek adalah festival paling penting bagi orang Tionghoa. Perayaan Tahun Baru Imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama penanggalan Tionghoa dan berakhir pada tanggal 15 atau waktu bulan purnama dengan Cap Go Meh. Malam Tahun Baru di Tiongkok dikenal dengan istilah yang disebut sebagai Chúx yang berarti Malam Tahun Baru.
Di Cina, adat dan tradisi daerah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Imlek sangat berbeda. Namun, ada banyak tema umum seperti makan malam perjamuan Malam Tahun Baru dan peluncuran kembang api. Kalender Cina secara tradisional tidak menggunakan angka tahun Muller, tetapi di luar Cina kalender Cina sering diberi nomor oleh pemerintah Huangdi.
Legenda mengatakan bahwa di masa lalu, Nian adalah raksasa kanibal dari pegunungan atau di bawah laut dalam beberapa kisah dan muncul di akhir musim dingin untuk memakan tanaman, ternak, dan bahkan penduduk desa. Warga menaruh bahan makanan di pintu depan awal tahun ini untuk melindungi dirinya sendiri termasuk di Klenteng See Hin Kiong.
Dengan cara ini, Nian diyakini memakan makanan yang disiapkan dan tidak menyerang manusia atau mencuri ternak atau tanaman. Alkisah, warga melihat Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan anak kecil berbaju merah. Sejak itu, Nian tidak pernah kembali ke desa. Nian akhirnya ditangkap oleh dewa Tao Hongjun Laozu dan menjadi kendaraan Honjun Laozu.
Warga saat itu yakin bahwa Nian takut dengan warna sehingga setiap tahun baru datang, warga menggantungkan lampion dan gulungan merah di jendela dan pintu. Masyarakat juga menggunakan petasan untuk menakut-nakuti Nian. Kebiasaan mengusir Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru hingga saat ini.
3. Pertunjukan Barongsai
Barongsai adalah tarian tradisional Tiongkok menggunakan sarung mirip singa. Tarian singa ini memiliki sejarah ribuan tahun yang lalu. Catatan pertama tarian ini berasal dari dinasti Qin sekitar abad ke-3 SM. Tarian singa dirayakan selama Dinasti Utara dan selatan pada tahun 420-589 M. Saat itu pasukan Raja Song Wen kewalahan dengan serangan pasukan gajah Raja Hwang Yang dari negeri Lin Yi.
Seorang komandan militer bernama Zhong Que meniru boneka binatang singa untuk mengusir pasukan Raja Fan. Akhirnya, usaha tersebut ternyata berhasil hingga barongsai melegenda hingga saat ini. Itulah mengapa tradisi barongsai masih dilestarikan hingga saat ini dan bahkan bisa ditemukan di setiap perayaan Tahun baru Imlek termasuk di Klenteng See Hin Kiong.
Diperkirakan seni barongsai dibawa ke Indonesia pada abad ke-17 ketika terjadi migrasi besar-besaran dari Cina selatan. Barongsai di Indonesia mengalami booming ketika Asosiasi Ocean Tiong Hoa Hue masih ada. Semua perkumpulan koan Tiong Hoa Hwe di berbagai daerah di Indonesia hampir pasti memiliki perkumpulan barongsai.
Perkembangan barongsai terhenti pada tahun 1965 setelah pecahnya gerakan 30 S/PKI. Karena situasi politik saat itu, segala bentuk budaya Tionghoa dibungkam di Indonesia. Tarian singa akan dihancurkan dan Anda tidak akan bisa memainkannya. Perubahan situasi politik di Indonesia sejak tahun 1998 telah menghidupkan kembali seni barongsai dan budaya Tionghoa lainnya.
Banyak klub barongsai telah dilahirkan kembali. Tidak seperti dulu, anak muda Tionghoa tidak hanya memainkan barongsai saat ini, tetapi juga banyak anak muda Indonesia. Selama era Suharto, barongsai dilarang. Satu-satunya tempat di Indonesia yang dapat menampilkan barongsai dalam skala besar adalah kota Semarang yang terletak di Klenteng Gedong Batu.
4. Sembahyang untuk Leluhur
Salah satu tradisi warga Tionghoa menjelang Tahun Baru Imlek adalah doa para leluhur. Sembahyang untuk leluhur membantu Anda berdoa untuk menghormati tidak hanya untuk roh leluhur yang dikenal. Penghormatan orang mati sangat penting dalam budaya Tiongkok, terutama dalam kepercayaan Konfusianisme termasuk di Klenteng See Hin Kiong.
Klenteng ini merupakan tempat ibadah dari umat Tionghoa yang pertama dan tertua di Kota Padang. Kegiatan yang dilakukan di Klenteng ini tidak jauh berbeda dengan klenteng lainnya. Ketika memasuki Hari Raya Tahun Baru Imlek, anda akan melihat situasi yang berbeda di lokasi ini dengan adanya ornamen dan juga gemerlap lampu yang sangat indah.