Harga Tiket: -; Map: Cek Lokasi Alamat: Desa Karang Berahi, Kec. Pamenang, Kab. Merangin, Jambi. |
Prasasti adalah benda-benda yang memiliki arti tertentu dalam peristiwa sejarah. Prasasti biasanya memiliki pahatan baik dalam bentuk teks maupun gambar yang menceritakan peristiwa masa lalu termasuk yang bersejarah. Anda akan dapat menemukan banyak sekali prasasti di Indonesia, dimana salah satunya adalah Prasasti Karang Berahi di wilayah Jambi.
Jika anda melihatnya, maka anda akan mengetahui bentuk tulisan aksara pallawalah dan bahasa melayu kuno yang digunakan untuk menceritakan atau memberikan informasi tentang sejarah kerajaan Sriwijaya yang berkuasa di wilayah Jambi saat itu. Prasasti ini ditemukan di tepi Batang Merangin pada tahun 1904 oleh Kontrolir Belanda L.M Berkhout.
Sejarah Prasasti Karang Berahi
Awal mula adanya prasasti ini adalah saat penemuannya di suatu daerah bernama Bangko, Provinsi Jambi oleh L. Berkhout tepatnya pada tahun 1904. Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh O.L. Helfrich seorang mantan Residen Jambi bahwa penemuan prasasti ini pertama kali terdapat di anak tangga masjid yang digunakan sebagai ubin membasuh kaki.
Kemudian pada februari 1906, seorang Residen Palembang bernama Van Rijn Van Alkemade memutuskan untuk membuat sebuah cetakan kertas tentang isi dari Prasasti bersejarah ini. Hasil cetakan kertas tersebut selanjutnya dikirimkan kepada Kern yang menyatakan bahwa prasasti tersebut tidak dapat terbaca. Aksara yang tertulis persis seperti Prasasti Canggal.
Prasasti tersebut bertuliskan tahun 732 Masehi dan diperkirakan masih sezaman dengan Prasasti Kota Kapur yang menggunakan bahasa Melayu Kuno. Laporan atas ditemukannya Prasasti di Desa Karang Berahi ini kemudian diserahkan oleh Rouffaer ke Bataviaasch Genootschap pada tahun 1909. Keberadaan dari prasasti ini juga sempat terlupakan.
Padahal sebelumnya sudah pernah tercatat dalam sebuah dokumen pemerintahan Hindia Belanda. Akhirnya pada tahun 1920, Krom menyebut prasasti tersebut dalam salah satu tulisannya, kecuali bagian terakhir yang sama dengan prasasti Kota Kapur yang diterbitkan oleh Khan pada tahun 1912. Krom merasa bahwa tidak perlu menyertakan transkripsi.
Tetapi yang terpenting dapat menunjukkan bagaimana 16 baris prasasti itu telah terbagi dan menunjukkan variannya dibandingkan dengan prasasti Kota Kapur. Krom kembali mengerjakan prasasti Karang berahi dalam karangan De Sumatraanse der Javaansche Geschiedenis yang terbit tahun 1919 dan buku Hindoe Javaansche Geschiedenis tahun 1926.
Perbedaan prasasti yang ada di Karang Berahi dari prasasti lainnya adalah tidak ditemukan keterangan tahun berapa prasasti ini ditulis. Namun jika dibandingkan dengan angka pada prasasti Kota Kapur, diperkirakan prasasti tersebut dibuat pada tahun 686 M atau 608 M. Karang Berahi merupakan salah satu prasasti peninggalan Sriwijaya yang berisi kutukan.
Selain itu, isinya juga menjelaskan terkait intimidasi kepada pihak yang melawan atau tidak mau mengabdi kepada Sriwijaya. Prasasti tersebut tidak menyebutkan nama raja atau gelarnya, hanya kata “saya” sebagai sudut pandang orang pertama antropomorfik. Kern menerjemahkan kata sriwijaya sebagai nama orang Sri Paduka Vijaya atau Raja Wijaya.
Pendapat ini ditolak oleh Coedes yang didukung oleh Vogel, Bragden, dan Krom. Coedes menyatakan bahwa orang yang digambarkan dalam prasasti ini yaitu yang mengutuk para pemberontak, mengangkat Duta, dan memerintahkan dua maklumat di wilayah Karang Berahi dan Kota Kapur yang merupakan daerah yang dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya.
Coedes menjelaskan bahwa prasasti Melayu yang ditemukan di Palembang, Karang Berahi dan Kota Kapur atau Bangka menarik karena sifat historis dan kebahasaannya. Prasasti ini adalah satu-satunya dokumen yang merujuk pada awal Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-8 M. Sedangkan untuk jenis bahasanya merupakan teks tertua di salah satu bahasa Austronesia.
Daya Tarik yang Dimiliki Prasasti Karang Berahi
✦ Teks Asli dari Tulisan Prasasti
Hal yang menjadi daya tarik utama dari prasasti ini adalah anda dapat mengetahui sebuah peninggalan yang berisi tentang dokumen penting yang masih bisa ditemukan dan merupakan bukti sejarah dari masa Kejayaan Sriwijaya yang berada di Jambi saat itu. Selain itu, anda juga akan dapat melihat secara langsung bentuk tulisan yang diterapkan di dalamnya.
✦ Isi Prasasti
Berdasarkan yang dikatakan oleh Soleh K bahwa prassti di Karang Berahi ini merupakan sebuah bukti penaklukan kerajaan Sriwijaya yang ada di Jambi. Dengan kata lain, prasasti ini juga disebut sebagai prasasti persumpahan. Dikatakan sebagai prasasti persumpahan karena konon karena isi dari prasasti di Karang Berahi ini berisi tentang penentangan Kedaulatan raja.
Hal tersebut terjadi tepatnya pada masa kepemimpinan Kerajaan Sriwijaya yang menghadapi orang jahat dan mengutuk siapapun yang memilih berpihak serta patuh pada kumpulan orang jahat. Prasasti itu juga berbicara tentang sanksi terhadap orang yang berani menentang raja Kerajaan Sriwijaya. Siapapun yang taat dan setia kepada raja diberikan hak kesehatan.
Selain itu juga akan mendapatkan kesejahteraan, dan keamanan oleh kerajaan berupa pembebasan dari bencana dan ancaman dari seluruh penjuru negeri. Obyek sumpah dan kutukan dalam prasasti Karang Berahi ini adalah untuk orang yang bermusuhan dengan tanah air. Menurut cerita masyarakat setempat, pemekaran Kerajaan Sriwijaya hanya bertahan hingga wilayah Merangin.
Ketika anggota kerajaan Sriwijaya ingin melakukan ekspansi ke wilayah Kerinci, Semua mengalami kegagalan karena kalah sebelum berhasil bertemu dengan orang-orang Kerinci. Hal tersebut terjadi karena semuanya merasa kesulitan kewalahan saat melawan hewan atau satwa liar yang ditemukan di kawasan Hutan kerinci sehingga Sriwijaya tidak berkembang.
✦ Aksara Pallawa
Bagi anda yang merasa penasaran dengan tulisan aksara Pallawa bisa pergi mengunjungi prasasti ini untuk bisa mengetahui bentuknya secara langsung. Aksara Pallawa atau kadang disebut Pallava adalah aksara asli India Selatan yang menggunakan bahasa yang disebut Sansekerta. Awal mula kemunculan aksara jenis ini berasal dari aksara Brahmi.
Istilah aksara Pallawa awalnya digunakan oleh arkeolog Belanda Nicolaas Johannes Krom. Nama aksara ini berasal dari Dinasti Pallawa yang memerintah India selatan yang berada di sekitar Madras dari abad ke-4 hingga ke-9 Masehi. Dinasti Pallava adalah sebuah dinasti yang mengadopsi Jainisme. Aksara Pallawa ini telah tersebar di seluruh Asia Tenggara.
Selain itu juga digunakan khusus untuk penulisan Melayu Kuno. Di Nusantara, aksara ini digunakan seiring dengan berkembangnya kerajaan Hindu Buddha. Konversi Aksara Pallawa yang disebut Aksara Pallawa ditemukan di berbagai belahan Asia Tenggara. Di Indocina, aksara Pallawa berkembang menjadi aksara Khmer kuno, kemudian menjadi aksara Thai dan Lao.
Di Jawa, aksara Pasca Pallawa kemudian disebut aksara Kawi. Itu berasal dari kata Sansekerta dan berarti penyair. Di kepulauan, bukti awal keberadaan tanda ini adalah prasasti Mulawarman di Kutai, Kalimantan Timur yang berasal dari abad ke-5 Masehi. Bukti tertulis paling awal yang ada di Jawa pada masa yang sama dengan Jawa Barat abad 5 M.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi
Jika anda ingin mengetahui tentang wujud asli dari prasasti ini, maka anda bisa pergi mengunjungi ke sebuah cungup yang berada di halaman masjid Desa Karang Berahi. Letaknya berada di hulu sungai Merangin yang mengalir dari selatan dan bermuara di Batang Hari. Konteks lingkungan sekitar penemuan prasasti adalah reruntuhan bangunan bata.
Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini memiliki tinggi sekitar 130 cm, lebar 80 cm dengan ketebalan sekitar 48 cm. Dalam prasasti tersebut dapat ditemukan 16 baris prasasti yang sudah usang. Namun jika dilihat menurut Khan, Prasasti Karang Berahi ini memiliki kemiripan dengan prasasti Canggal 732 masehi dengan menggunakan aksara Pallawa.
Kegiatan yang Menarik Dilakukan
1. Berwisata Sejarah
Kegiatan pertama yang bisa anda lakukan ketika datang mengunjungi desa Karang Berahi ini adalah dengan melakukan perjalanan wisata sejarah untuk mengenal berbagai jenis peninggalan yang masih tersebar di seluruh wilayah. Peninggalan ini cukup berharga terutama bagi para generasi muda agar tetap melestarikan cerita perjuangan masa lalu.
Selain prasasti ini, anda juga bisa menemukan sebuah prasasti yang masih memiliki kemiripan dan berada di kawasan Kota Kapur Jambi. Lokasi prasasti tersebut tidak jauh dari desa Karang Berahi. Anda juga dapat mengetahui berbagai cerita atau terjemahan dari isi prasasti tersebut secara jelas tentang makna yang tersimpan didalamnya.
2. Mengambil Foto
Ketika anda datang berkunjung ke desa Karang Berahi ini, anda juga bisa mengambil gambar dengan berdiri di sebuah prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya. Dengan begitu anda akan memiliki sebuah bukti kenangan atau momen yang diabadikan saat datang berkunjung ke kawasan bersejarah yaitu di wilayah bekas kekuasaan dari kerajaan Sriwijaya saat itu.
3. Menyaksikan Bukti Sejarah
Secara tidak langsung, anda akan dapat melihat dengan jelas bagaimana wujud dari bukti peninggalan sejarah berupa prasasti dengan bertuliskan aksara pallawa yang jarang sekali dipahami oleh banyak orang. yang bisa menerjemahkan bahasa ini saat itu hanyalah Krom yang kemudian mengabadikannya dalam sebuah buku yang bisa dibaca banyak orang.
Prasasti Karang Berahi merupakan sebuah bukti yang menjelaskan bahwa kerajaan Sriwijaya saat itu memang benar-benar pernah berkuasa di kawasan kota Jambi. Selain itu, anda juga akan dapat mengetahui tentang konflik yang terjadi pada saat itu. Untuk itu, maka menjadi suatu yang wajib bagi anda untuk mengunjungi kawasan wisata ini saat berada di Jambi.