Bangunan Masjid Agung Sultan Mahmud Badarudddin II sudah ada sejak beradab-abad lalu. Masjid agung bersejarah ini menjadi bukti kejayaan islam dan menjadi kebanggaan masyarakat Palembang.
Harga Tiket: Gratis; Map: Cek Lokasi Alamat: Jl. Jend. Sudirman, 19 Ilir, Kec. Bukit Kecil, Kota Palembang, Sumatera Selatan. |
Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang adalah masjid kebanggaan masyarakat kota Palembang. Tempat ibadah yang berada di kota pempek ini merupakan bangunan masjid terbesar di provinsi Sumatra Selatan. Maka tidak heran jika masjid ini menjadi tempat yang sering dikunjungi wisatawan.
Bangunan masjid ini juga dikenal dengan masjid Agung Palembang yang juga termasuk sebagai cagar budaya Indonesia. Ia adalah masjid peninggalan sultan yang berperan besar terhadap perkembangan islam sehingga pada tanggal 23 Juli tahun 2003 diresmikanlah tempat ini menjadi masjid nasional sesuai dengan menteri agama RI.
Masjid yang telah berusia lebih dari dua abad ini masih mempertahankan bangunan aslinya dengan penambahan beberapa bagian baru. Kehadiran tempat ibadah ini juga sebagai simbol kejayaan kesultanan islam di Palembang yang pernah berjaya selama pemerintahan kolonial Belanda. Bagi yang tertarik untuk menyaksikan langsung tempat ibadah bersejarah ini, berikut adalah informasinya.
Sejarah Masjid Agung Sultan Mahmud Badarudddin II

Masjid Agung pertama kali dibangun pada tanah seluas 1080m2 atau sekitar 30 x 36m dengan daya tampung jamaah sebanyak 1200 orang. Bangunan ini diresmikan dan selesai pada 26 Mei 1748 atau dalam kalender islam pada 28 Jumadil Awal 1161 Hijriah. Sebab luas dan daya tampungnya yang tinggi membuat tempat ini menjadi salah satu masjid tersebar di Nusantara pada masa itu.
Awalnya masjid ini tidak mempunyai menara yang menjulang seperti saat ini, melainkan bangunan sederhana dengan sentuhan khas Eropa. Namun pada tahun 1758 hingga 1774 tepatnya saat pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin dibangunlah menara di bagian barat masjid yang berbentuk layaknya kelenteng dengan ujung atap yang melengkung.
Uniknya menara yang dibangun pada masa tersebut yaitu adanya pagar di bagian luar. Pagar tersebut digunakan untuk melindungi teras yang terdapat pada area menara dan dipasang di sekeliling menara. Setelah terjadi perang yang besar pada tahun 1819 sampai 1821, pemerintah Belanda kemudian memutuskan untuk melakukan perbaikan tepatnya pada 1848.
Bagian yang diperbaiki yaitu pergantian atap dengan sirap dan langit-langit dibuat menjadi lebih tinggi pada menara. Kemudian adanya beranda yang melingkari menara dan pergantian bentuk pada gerbang yang semula tradisional menggunakan dorik.
Tak berselang lama, tepatnya pada tahun 1879 dilakukan perluasan pada area serambi. Gerbang dibongkar dan dijadikan serambi luas dengan tambahan tiang beton sehingga membuat serambi tampak layaknya pendopo. Perluasan ini menjadi perluasan pertama setelah masjid didirikan yang dipimpin oleh Pangeran Natagama Karta Magala.
Kemudian perluasan kedua terjadi pada tahun 1930, dimana terjadi perubahan pada tiang-tiang di sekitar masjid. Tiang tersebut diatur ulang jaraknya dengan atap agar tidak terlalu dekat yakni sekitar 4 meter. Lalu pada 1952, dibangun kubah pada atap masjid meskipun pembangunannya tampak kurang pas dengan bangunan aslinya.
Perluasan dan pembangunan masih terus berlanjut, pada 1966 sampai 1969 dibangun ruangan-ruangan tambahan bahkan pembangunan untuk lantai dua. Pada tahun 1970 salah satu perusahaan terbesar di Indonesia Pertamina Sumbangsel membiayai renovasi untuk penambahan menara baru masjid agung dan kemudian diresmikan pada tahun berikutnya tepatnya pada tahun 1971.
Dan pada masa pemerintahan presiden Megawati Soekarnoputri, tempat ibadah ini kembali diperluas tepatnya tahun 2000. Perluasan dan direnovasi berjalan kurang lebih selama tiga tahun dan kemudian pada 2003 diresmikan pula oleh presiden kelima Indonesia yakni Megawati.
Desain Bangunan Masjid Agung Palembang

Masjid Agung kebanggaan masyarakat Palembang ini memiliki desain bangunan yang menarik dimana menggabungkan tiga gaya arsitektur sekaligus yakni Eropa, Tiongkok dan Indonesia. Seperti yang diketahui bahwa pada masa pembangunan dan renovasi, terdapat pengaruh budaya Eropa dan Cina.
Struktur bangunan yang mengadaptasi bangunan Eropa dapat dilihat pada bagian jendela. Bentuk jendela yang tinggi dan lebar dengan menggunakan pilar-pilar besar kokoh menjadi salah satu ciri bangunan khas Eropa. Selain itu, penggunaan material kaca dan batu marmer yang didatangkan langsung dari benua Eropa.
Sedangkan penggunaan struktur bangunan bergaya Tiongkok dapat dilihat pada bagian atap. Bentuk atap seperti limas tersebut mirip dengan atap yang terdapat pada klenteng. Terdapat tiga tingkatan pada setiap atap limas dengan detail dan lengkungan-lengkungan yang indah.
Di sisi atas terdapat lengkungan yang bentuknya seperti tanduk. Pada tanduk tersebut terdapat jurai seperti daun simbar. Lengkungan jurai daun simbar yang ada pada sisi atas limas sengaja dibuat lancip seperti atap klenteng. Setidaknya terdapat 13 buah jurai pada setiap sisi atap limas.
Dan desain yang mencerminkan bangunan Nusantara adalah atap yang berundak. Undakan yang dimaksud sebenarnya berkiblat pada candi milik umat Hindu-Jawa yang juga digunakan pada Masjid Demak, Jawa Tengah. Pola berundak ini memiliki puncak limas atau biasa disebut dengan mustika. Mustika tersebut terdapat ukiran dengan pola bunga yang sedang merekah.
Keunikan yang Dimiliki Masjid Sultan Mahmud Badarudddin II

1. Mempertahankan Bangunan Lama
Meskipun masjid agung ini telah berkali-kali direnovasi, namun bangunan lamanya masih tetap dipertahankan. Jika biasanya terjadi perubahan total dimana bangunan lama dirobohkan atau diperbaiki menjadi lebih modern, masjid ini justru tetap mempertahankan bentuk sebelumnya.
Bagian bangunan lama tersebut yakni terdapat pada area mimbar, atap kayu dan jendela yang masih menggunakan desain sederhana. Selain itu, tiang-tiang tinggi besar yang menjadi penyangga atap kayu membuat bagian ini nampak seperti pendopo yang berada di dalam masjid.
2. Kubah Masjid yang Megah
Bagian yang unik berikutnya yaitu kubah masjid. Bentuk kubah tersebut memang tak jauh berbeda dengan lainnya yaitu melengkung setengah lingkaran. Namun, yang membuatnya tampak berbeda adalah desainnya.
Corak dan tekstur unik khas Eropa menghiasi kubah masjid terbesar di Palembang ini. Bentuk lingkaran dan bentuk-bentuk simetris dengan garis rapi menjadikan kubah tersebut mewah dan unik.
3. Taman Masjid yang Luas dan Asri
Sebagai tempat ibadah yang luas dan tidak pernah sepi membuatnya tidak hanya sekadar tempat untuk menunaikan kegiatan keagamaan saja. Terdapat taman di depan masjid yang sering digunakan sebagai tempat untuk beristirahat atau berkumpul para pengunjung baik yang akan atau sudah melaksanakan ibadah.
Taman yang tepat berada di depan masjid agung ini tidak hanya luas namun juga asri. Tumbuhan hijau dan rindang membuat suasana di sekitar taman sejuk sehingga bisa menjadi tempat yang pas untuk melemaskan otot sembari menunggu waktu sholat.
4. Menggabungkan 3 Arsitektur Berbeda
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa bangunan masjid ini menggunakan 3 gaya arsitektur berbeda. Gabungan antara arsitektur Eropa yang dibawa penjajah Belanda, desain atap limas pada bangunan utama yang menyerupai klenteng milik etnis Tionghoa dan arsitektur Nusantara sebagai identitas dari masjid tersebut.
5. Sebagai Saksi Sejarah
Perjuangan yang tiada henti untuk membangun masjid terbesar di tanah Sriwijaya ini membutuhkan banyak perjuangan. Masjid yang telah dibangun sejak dua abad lalu ini menjadi saksi bisu sejarah para masyarakat Palembang melawan kolonial Belanda. Ia juga menjadi saksi peperangan sadis dan besar di tahun 1819 serta 1821.
Perang yang terjadi selama 5 hari berturut-turut tersebut tidak hanya memakan korban namun juga mengakibatkan kerusakan pada masjid agung. Selain menjadi saksi peperangan, masjid agung Palembang juga menjadi bukti nyata renovasi yang dilakukan oleh pemerintah Belanda serta perluasan berulang kali hingga menjadi masjid agung megah seperti sekarang ini.
Alamat dan Rute Menuju Masjid Agung Palembang

Masjid Agung Palembang ini terletak di 19 Ilir, Palembang, Provinsi Sumatra Selatan. Letak tempat ini berada di lokasi yang cukup strategis serta sering dilalui banyak orang tepatnya berada di kilometer nol pusat kota.
Jika ingin mengunjungi masjid terbesar di kota yang terkenal dengan jembatan Ampera ini bisa diakses dengan mudah baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Apabila berangkat dari bandara dapat langsung menuju ke arah jambatan Ampera, kemudian harus memutar jalan terlebih dahulu hingga melewati jalan Merdeka. Setelah itu, ikuti jalur hingga bertemu gerbang masuk ke kawasan masjid agung.
Letak bangunan yang tepat berada di tengah kota ini membuatnya mudah diakses dan rutenya sangat mudah ditempuh tanpa memakan banyak waktu. Selain itu, pemandangan dari area masjid jauh lebih luas karena bisa memandang dari segala arah serta mengetahui aktivitas padatnya kota.
Sebagai contoh, jika melihatnya pemandangan dari arah selatan masjid maka akan terpampang jembatan Ampera yang menjadi kebanggaan seluruh warga sekaligus lambang kota Palembang ini. Jadi berkunjung ke masjid agung, tidak hanya beribadah dan wisata religi saja akan tetapi juga menikmati suasana serta panorama indah sekitar kota.
Sekian ulasan tentang Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang ini. Dalam pembangunan masjid ini banyak menelurkan tokoh-tokoh islam yang berjiwa kepemimpinan tinggi, maka tidak heran jika ia menjadi salah satu masjid nasional.