Lampung mempunyai perpaduan unik dari berbagai suku di Indonesia. Pakaian adat Lampung yang terdiri dari Baju Saibatin dan Baju Pepadun pun menjadi istimewa karena menyatukan beberapa unsur kehidupan.
Lampung merupakan provinsi yang kental akan keberagamannya. Hal tersebut sudah cukup umum diketahui karena penduduknya didominasi tidak oleh suku yang memang benar benar berasal dari sana. Hal tersebut membuatnya memiliki pakaian adat yang bermacam macam pula. Coraknya juga mencerminkan budaya khas masyarakat dunia timur.
Provinsi yang memiliki lebih dari 60 persen penduduk dari tanah Jawa ini mempunyai sebuah busana lokal yang sarat akan makna dan tentunya filosofi yang terkandung di dalamnya. Terdapat dua jenis baju tradisional yang dimiliki oleh daerah tersebut. Masing-masing juga pastinya tersedia untuk laki-laki dan juga perempuan.
Bagi wanita sendiri, ada semacam kalung berlayer lebih dari satu serta hiasan kepala yang wajib dikenakan. Pria yang memakai baju adat tersebut juga harus memakai hal yang kurang lebih setara seperti halnya sang perempuan.
Fakta Menarik Baju Saibatin & Baju Pepadun
Setidaknya terdapat 2 macam baju ada tradisional yang dimiliki oleh Lampung. Keduanya yakni pakaian Saibatin dan juga Pepadun. Kedua nama tersebut diambil dari suku besar yang mendominasi kawasan itu. Jika Saibatin adalah kelompok yang menempati area pantainya, maka Pepadun yaitu mereka yang meninggali kawasan atas.
1. Baju Tradisional Saibatin
Nama dari baju lokal daerah tersebut ini berakar dari kata satu dan juga batin. Maknanya yaitu memiliki junjungan yang tunggal. Itu berarti bahwa orang orang di sana mengakui bahwa mereka mempunyai seorang raja saja. Sebenarnya hampir sama dengan jenis pakaian lokal yang satunya, namun terdapat beberapa ciri yang menjadikannya dimasukkan ke dalam kategori tersendiri. Berikut diantaranya:
- Aksesori yang Harus Digunakan
Sesuatu yang menjadikan busana khas Lampung menjadi terkenal adalah adanya sigar pada kepala wanita yang pastinya wajib dikenakan. Ini juga yang membedakannya dari jenis pakaian adat Pepadun. Meskipun masing-masing menggunakan perlengkapan ini, namun bentuk yang ada bisa dengan mudah diidentifikasi perbedaannya.
Pada jenis pakaian ini nampak hanya memiliki tujuh buah bengkokan pada sigarnya. Jumlahnya lebih sedikit dari jenis yang lainnya. Untuk para lelaki di sana menggunakan tutup kepala layaknya kebanyakan pakaian asli Indonesia.
Penutup kepala tersebut berbentuk kopiah yang berasal dari kain yang ditenun. Masyarakat lokal di sana biasa menyebutnya sebagai ketupang runcing, karena memang berbentuk cukup lancip di bagian atasnya. Hal tersebut membuatnya nampak seperti cula atau sungu binatang.
- Warna yang Mendominasi
Ini merupakan unsur yang begitu mencolok terdapat pada baju Saibatin. Hal tersebut dikarenakan warnanya secara keseluruhan dikuasai oleh merah merona. Beberapa hiasan yang dipakai terlihat berwarna abu abu hingga memunculkan kilauan perak. Namun, tidak jarang pula yang mengenakan hiasan warna kuning emas untuk membuat kesan elegan dan juga mewah.
2. Baju Tradisional Pepadun
Hasil budaya dari suku yang mempunyai simbol kayu tersebut memiliki bentuk dan juga aksesori yang hampir sama dengan jenis Saibatin. Dengan corak masyarakat khas dataran atas, coraknya memiliki rupa yang menarik dan juga warna tersendiri yang membuat siapapun menjadi terpesona. Namun, terdapat perbedaan antara pakaian pria dan juga wanitanya. Berikut penjelasannya:
- Busana Perempuan
Hampir seperti busana dari masyarakat pesisir Provinsi Lampung, bentuknya juga menutup seluruh anggota tubuh. Hal tersebut mencermin sebuah penghormatan dan juga norma kesopanan yang ada di masyarakat. Warna yang paling banyak menguasai adalah putih bersih dengan beberapa bagian yang mempunyai unsur kuning mengkilat seperti emas.
Terdapat beberapa variasi atasan yang bisa dipilih saat mengenakannya. Salah satunya yaitu Bebe yang merupakan rajutan dari baju tradisional tersebut hingga membentuk seperti lotus. Bunga yang hidup di air tersebut juga berwarna sama dengan dominasi pakaiannya sehingga memang sering dipakai oleh mereka.
Selain itu, ada juga baju selappai yang merupakan atasan yang tidak menutupi hingga ke lengan. Biasanya perempuan menggunakan baju tambahan ketika memakainya. Selain itu, terdapat kain khas masyarakat melayu yaitu rumbai ringgitan. Mereka mengenakannya pada sisi bawahnya.
Ada juga jenis tapis dewa sano yang bisa menjadi alternatif manakala menggunakan baju tradisional. Sebenarnya ini hampir sama dengan kain unik masyarakat melayu, akan tetapi bahannya saja yang membuatnya berbeda. Bahan yang mendasarinya bernama sama dengan sebutannya.
- Busana Laki-Laki
Peran warna putih memang menjadi ciri tersendiri dari baju jenis ini. Bagi para lelaki di sana, mereka menggunakan semacam kemeja sebenarnya terdapat pilihan warna lainnya, yaitu hitam. Pemakaiannya juga melibatkan sebuah selendang persegi yang digantungkan pada bahu dan menjulur pada dada.
Untuk bawahannya, memakai beberapa gabungan. Pertama, para lelaki di sana harus memakai celana putih dan dilanjutkan dengan melingkarkan sebuah kain tenunan yang berwarna kuning mengkilat. Setelah itu, baru diberikan sebuah aksesoris tambahan yang berupa unting untingan khas masyarakat melayu.
Keunikan Pakaian Adat Lampung
1. Aksesori yang Digunakan
Pada busana pepadun, ada beberapa perlengkapan tambahan yang wajib dikenakan. Beberapa diantaranya yakni siger yang menjadi suatu kewajiban untuk dikenakan. Inilah yang membedakan baju tradisional tersebut dari pakaian lain di nusantara. Berbeda dengan siger saibatin yang memiliki tujuh saja lengkungannya, pada busana pepadun ini punya Sembilan buah.
Ada juga anting anting yang harus dipakai, yakni bernama subang. Biasanya dibuat dari buah pohon kenari. Hiasan adalah sesuatu yang mencolok dari pakaian adat Lampung. Itulah sebabnya, pasti para wanitanya memakai aksesoris semacam kalung. Ada tiga buah yang dipakai, yaitu buah jukum, papan jajar, dan juga ringgit.
Rantai leher ringgit memang berasal dari uang tradisional dengan total 9 buah. Selain itu, kedua hiasan lainnya juga dikenakan oleh pria di sana. Pada bagian kepala sebenarnya terdapat satu lagi perhiasan yang dikenakan, yaitu seraja bulan. Ini terletak membawahi siger dan merupakan mahkota mini bertingkat tingkat sebanyak lima kali.
Di bagian tangan terdapat semacam gelang yang digunakan. Pemanis tangan itu setidaknya ada tiga macam dan semuanya perlu dipakai. Sebutannya yaitu gelang kano, burung, serta bibit. Ada juga semacam pelengkap berbentuk kembang emas yang diproduksi dari tembaga. Perlengkapan tersebut perlu diletakkan pada bagian belakang pinggul dan diikat menggunakan kain yang disebut bulu serti.
Untuk pria juga perlu menggunakannya, diantaranya yaitu kopiah yang menjulang tinggi ke atas di atas kepala. Warna dari pelengkap itu sama seperti kebanyakan aksesoris yang dipakai, yaitu emas. Bentuknya bergerigi pada sisi luarnya. Hal tersebut akan membuat penampilan pria menjadi terlihat lebih perkasa.
Ada juga hiasan pada lehernya hampir mirip dengan yang dipakai oleh wanita. Hanya dua benda yang menyemarakkan area tersebut, yang pertama memiliki wujud seperti hasil tanaman jukum dan yang kedua seperti rangkaian tiga kapal. Masing-masing mempunyai makna dan nilai yang dikandungnya. Selain itu, para pria juga perlu mengenakan sampur yang memanjang berbentuk aneka kembang.
Gelang juga merupakan benda yang harus dikenakan oleh mereka. Namun, bentuknya tipis dengan beberapa tambahan bentuk seperti burung lambang negara Indonesia. Sebelum memakainya, digunakan pula hiasan kano pada masing-masing tangan. Ada juga gelang benih yang ditempatkan setelah hiasan kano.
2. Perpaduan Jawa dan Melayu
Hal ini dapat dilihat dari keris atau senjata tradisional khas Lampung juga menjadi pelengkap dari penampilan sang pria. Meletakkannya di bagian belakang punggung dengan pengikat berupa kain merupakan sesuatu untuk menyempurnakannya. Kain tersebut mempunyai hiasan-hiasan tersendiri dan seringkali disebut dengan bulu serti.
Selain itu, seperti halnya tradisi jawa, di sana juga menggunakan sanggul serta melati yang membawahinya untuk sang wanita. Ini menunjukkan adanya penyatuan budaya dari kedua suku besar yang ada di nusantara tersebut.
Filosofi yang Dimiliki Baju Adat Lampung
1. Baju Adat Saibatin
Pada suku ini memang mempunyai beberapa kebiasaan yang mengedepankan sebuah keluarga bangsawan. Hal tersebut juga nampak dari arti penamaan suku itu yang menjunjung tinggi pemimpinnya. Dari sisi apa yang menjadi ciri baju yang dipakainya pun juga terlihat relatif lebih elegan dan mewah.
Warna merah menyala yang menjadi identitasnya tersebut juga menggambarkan kesan estetika dari sebuah kerajaan. Ini juga mengartikan bahwa kesultanan terkait berani untuk mengambil langkah tertentu untuk mengembangkan masyarakatnya dan akhirnya menyebarkan kesejahteraan pada rakyatnya. Tujuh lengkungan pada sigernya juga menunjukkan tingkatan pemimpin yang ada di sana.
2. Baju Adat Pepadun
Lain halnya dengan busana saibatin, jenis pepadun cenderung terlihat lebih biasa. Itu ditunjukkan dengan warna yang dipilih yakni putih. Dengan ketentuan seperti itu, kesan yang diberikan juga pastinya berbeda. Putih juga memiliki makna yang bersih suci sehingga menunjukkan rakyat di sana yang beradab dan taat pada norma agama.
Meskipun demikian, beberapa ornamen pelengkapnya juga menunjukkan suatu keperkasaan serta doa agar berlimpah ruah rejeki masyarakatnya. Pemilihan warna emas yang terkandung menunjukkan hal tersebut. Pengenaan hasil pohon jukum menunjukkan sebuah harapan agar pemakainya yang biasanya merupakan pengantin, bisa memiliki penyambung darah.
Perhiasan yang dikenakan pada tangan menunjukkan agar pemakainya bisa terjaga dari semua tingkah laku yang tidak baik. Selain itu, juga menunjukkan ikatan persaudaraan yang terjalin antar masyarakatnya.
Sementara itu, mahkota yang dipakai wanita di sana menunjukkan jumlah aliran air kali yang terdapat pada provinsi tersebut. Ini merupakan lambang kemakmuran dan juga kedinastian yang berkembang pada jaman dahulu.
Susunan Pakaian Adat Lampung
Ada beberapa unsur pada pakaian ini. Untuk pria, mulai dari atas yaitu ikat kepala dan juga layang konci dan kekalungan yang ada di lehernya. Di tubuhnya memakai kemeja tradisional dan juga selempang. Tambahan senjata tradisional yang diikat dengan pending bebuduk. Bawahnya memakai celana panjang berwarna sama dengan atasannya dan juga sinjang serta sepatu selop.
Pada wanita harus mengenakan siger di kepala dan juga sanggul. Kalung dan segala atribut di leher juga sama seperti pada pria, namun ditambah satu lagi aksesori. Bajunya seperti yang disebutkan di atas, serta tambahan gelang dan juga pending bagian dalam. Bawahan mengenakan kain serta sepatu.
Itulah penjelasan lengkap mengenai pakaian adat Lampung yang perlu diketahui. Melestarikannya merupakan salah satu usaha konservasi budaya nusantara. Meskipun tidak dikenakan sehari-hari, namun tetap saja busana khas daerah tersebut perlu tetap diwariskan kepada generasi muda penerus bangsa.