Rumah Adat Gadang memiliki desain unik dengan bentuk persegi dan atap menyerupai tanduk kerbau. Rumah adat tradisional Minangkabau merupakan monumen kebanggaan Sumatera Barat.
Rumah Gadang adalah salah satu rumah tradisional khas masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Ciri khas rumah adat yang paling legendaris adalah bentuk atapnya yang runcing menyerupai tanduk kerbau dan bagian atas mengembang sedangkan bawahnya mengecil.
Sebutan rumah adat satu ini cukup beragam, ada yang menyebutnya dengan rumah Godang, Bagonjong dan masyarakat sekitar menyebutnya dengan rumah Baanjuang. Tak jauh berbeda dengan rumah adat Indonesia lainnya, rumah ini juga memiliki ukiran dan simbol dengan arti yang mendalam.
Namun, perlu diketahui bahwa rumah tradisional ini tidak bisa asal dibangun karena pada dasarnya ada aturan tersendiri. Cara membangun rumah adat ini pun cukup unik karena disesuaikan dengan kondisi alam dan adat masyarakat Minangkabau.
Fakta Menarik dari Rumah Adat Gadang
Rumah Gadang dibangun pada sebidang tanah yang luas milik keluarga yang diberikan secara turun temurun dari dan untuk anak perempuan. Setiap ketentuan rumah seperti jumlah ruangan ditentukan berdasarkan jumlah perempuan dalam satu keluarga.
Tidak semua wilayah Minangkabau dapat dibangun bangunan Gadang ini. Setidaknya tanah tersebut harus berstatus tanah administratif atau rakyat Minangkabau menyebutnya dengan status nagari. Selain itu, rumah adat ini juga tidak bisa dibangun oleh perantau atau kawasan dimana perantau tinggal. Pada zaman dahulu, masyarakat Minangkabau menyebutnya dengan wilayah rantau.
Dan yang wajib diketahui bahwa bangunan rumah Gadang ini sangatlah ikonik. Hal tersebut terbukti pada gambar uang koin Indonesia yang menampilkan rumah adat Minangkabau. Bank Indonesia pernah mengeluarkan uang koin Rp 100, pada tahun 70-an.
Keunikan yang Dimiliki Rumah Gadang
1. Desain Atap yang Runcing
Desain atap rumah Gadang cukup unik dengan ujung runcing yang menyerupai tanduk kerbau, bagian tersebut biasa disebut Gonjong. Bentuk atap yang melengkung tersebut berguna untuk melindungi atap rumah dari terjangan angin dan curah hujan yang tinggi sehingga tidak menjadi beban pada bagian bawahnya.
Dahulu rumah adat ini menggunakan bahan ijuk sebagai atap, namun saat banyak yang menggantikannya dengan seng. Gonjong merupakan simbol rakyat Sumatera Barat sehingga ia banyak diaplikasikan pada bangunan pemerintahan seperti kantor Gubernur Sumatera Barat, Balai kota Bukittinggi, jam Gadang dan lainnya.
2. Arsitektur yang Unik
Rumah Gadang merupakan bangunan panggung yang berbentuk segi empat. Bangunan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian depan atau disebut bagian muka dan bagian belakang. Pada bagian depan didominasi oleh ukiran berbagai motif dengan warna-warna yang mencolok, sedangkan bagian belakang dipenuhi dengan lapisan bambu.
Berbeda dengan rumah pada umumnya, dapur rumah adat ini terletak di bagian luar dan terpisah dengan bangunan induk. Sedangkan halaman rumah umumnya dimanfaatkan sebagai Rangkiang yang berfungsi untuk tempat penyimpanan padi.
Tak jauh dari tempat tinggal atau komplek perumahan adat terdapat surau. Tempat tersebut digunakan untuk berbagai kegiatan seperti tempat ibadah, belajar dan tempat tinggal lelaki dewasa yang belum menikah.
3. Perbedaan Lanjar dan Ruang
Pada dasarnya rumah Gadang ini hanya terdiri dari lanjar dan ruang yang dibedakan dengan tiang. Lanjar merupakan jajaran tiang yang berdiri dari depan hingga belakang serta kiri ke kanan. Banyaknya lanjar ini tergantung dengan luas rumah dan bisa lebih dari satu.
Sedangkan ruang merupakan ruang yang berjajar dari samping kiri dan kanan merupakan ruang. Uniknya jumlah ruang ini harus ganjil antara 3 sampai 11. Ruang sisi kanan kiri ini biasanya dimanfaatkan sebagai Anjung atau dalam bahasa setempat disebut Anjuang.
Anjuang berfungsi sebagai tempat bersandingnya pasangan pengantin atau dapat digunakan sebagai tempat kepala adat dinobatkan. Ruangan ini memiliki lantai yang lebih tinggi dibanding bagian lainnya. Oleh karena itu, rumah ini disebut sebagai rumah Baanjuang.
4. Jumlah Kamar Berdasarkan Banyaknya Perempuan
Sebagai tempat tinggal rumah Gadang menerapkan ketentuan-ketentuan tertentu, salah satunya jumlah kamar tidur dihitung berdasarkan banyaknya perempuan dan statusnya. Untuk perempuan yang telah menikah akan tidur di kamar yang telah disediakan.
Sedangkan bagi anak-anak dan perempuan lansia akan tidur di ruangan yang letaknya tidak jauh dengan dapur. Lalu untuk gadis remaja, kamar yang bisa ditempati umumnya berada di bagian ujung baik itu bagian kanan ataupun kiri.
5. Tidak Menggunakan Paku
Rumah Gadang dibangun dengan material kayu dan bambu, namun uniknya masyarakat Minangkabau tidak menggunakan paku tetapi pasak. Pasak merupakan pengait alami terbuat dari bahan dasar kayu yang cukup kuat tidak kalah kuat dengan paku. Setiap sambungan antara tiang dengan kasau berukuran besar dikaitkan dengan pasak tersebut.
6. Bangunan Tahan Gempa
Keunikan dari rumah adat minang ini yaitu bangunan rumahnya yang tahan terhadap gempa. Masyarakat setempat menyadari bahwa Minangkabau sering diguncang gempa karena wilayahnya berada di sekitar pegunungan bernama Bukit Barisan. Oleh karena itu, mereka berinisiatif untuk membuat bangunan yang tidak roboh ataupun rusak saat terkena gempa.
Tiang-tiang penyangga rumah Gadang tidak diletakkan di dalam tanah seperti tiang rumah panggung pada umumnya melainkan menggunakan batu yang lebar dan kuat sebagai tumpuannya. Dengan demikian, saat terjadi gempa tiang tersebut dapat bergeser secara fleksibel di atas tumpuan batu dan tidak merusak sambungan.
Filosofi yang Dimiliki Rumah Adat Minang
1. Arti Gonjong
Setiap bagian rumah Gadang memiliki filosofi masing-masing mulai dari atap hingga bagian dalamnya. Menurut rakyat Minangkabau atap yang melengkung menyerupai tanduk kerbau tersebut adalah lambang kemenangan. Selain itu, bentuknya yang runcing menghadap ke atas merupakan simbol pengharapan terhadap Yang Maha Kuasa.
2. Makna Ukiran
Dinding rumah tidak hanya berupa kayu polos yang berguna sebagai sekat saja, namun juga berfungsi untuk memperindah setiap bagian rumah dengan adanya ukiran. Terdapat berbagai macam motif mulai dari bentuk berbagai macam hewan, bunga, hewan, buah, akar dan tumbuhan lainnya.
Selain motif hewan dan tumbuhan, motif lain seperti garis geometris segitiga, persegi bahkan melingkar juga digunakan. Ornamen lukisan ini biasanya diwarnai dengan warna mencolok seperti coklat, merah, emas, hijau dan kuning. Tidak hanya sebagai hiasan saja, ukiran tersebut juga memiliki makna sebagai keselarasan antara masyarakat Minangkabau dengan alam di sekitarnya.
3. Filosofi Sayap Bangunan
Sayap kiri kanan bangunan rumah adat Gadang digunakan sebagai Anjuang atau ruangan pengantin dan tempat penobatan. Terdapat dua jenis keselarasan yang dianut oleh suku Minangkabau yaitu Lareh Koto Piliang dan Lareh Bodi Chaniago.
Menurut filosofi Lareh Koto Piliang tiang anjuang perlu menggunakan tiang penyangga di bagian bawah karena mereka menganggap bahwa tiang adalah tongkat sesuai dengan pemerintahan yang dianutnya. Sedangkan Bodi Chaniago tidak menggunakan tiang karena menurut golongan ini anjuang harus tampak melayang atau mengapung.
4. Arti Tangga
Suku Minangkabau memperhatikan setiap detail bangunan rumah atat Gadang bahkan hal sekecil tangga. Terdapat aturan pada tangga rumah yaitu hanya boleh satu tangga pada setiap rumah yang diletakkan di bagian depan rumah. Menurut kepercayaan suku Minangkabau yang erat dengan agama Islam, jumlah tangga tersebut melambangkan percaya kepada Tuhan YME.
Proses Pembuatan Rumah Gadang
Menurut tradisi pembangunan rumah adat ini dilakukan secara gotong royong mulai dari sanak keluarga hingga masyarakat sekitar. Dimulai dari tiang utama rumah Gadang atau disebut dengan tonggak tuo yang menggunakan kayu dari pohon juba yang memiliki karakteristik cukup kuat. Untuk mendapatkan tiang tersebut, harus menebang pohon juba yang sudah tua.
Selain tua, pohon yang ditebang juga harus lurus agar bisa menjadi penyangga yang sempurna. Sedangkan untuk ketentuan ukuran pohon yang bisa ditebang yaitu berdiameter sekitar 40 sampai 60cm.
Setelah pohon ditebang dan dipindahkan ke wilayah administratif Minangkabau, kayu tidak bisa langsung digunakan. Ia harus direndam terlebih dahulu di kolam atau tempat khusus selama kurang lebih setahun agar ia tidak mudah keropos dan tahan lama. Proses perendaman inilah yang menjadi kunci tiang rumah Gadang tetap kokoh bahkan hingga berpuluh-puluh tahun berdiri.
Kayu bisa digunakan sebagai tiang apabila waktu dan kondisinya sudah sesuai. Untuk mengangkat kayu dari kolam tersebut harus dilakukan secara bergotong royong karena bentuknya yang cukup besar. Proses tersebut dikenal sebagai ‘mambangkik batang tarandam’ atau jika diartikan membangkitkan batang atau tiga yang terendam.
Jika kayu sudah didirikan, berikutnya yaitu menumpukan tiang utama atau tonggak tuo ke batu sebanyak empat buah. Menegakkan tiang utama ini juga dianggap sebagai menegakkan sebuah kebesaran dalam hidup. Tiang utama merupakan bagian dasar pada rumah Gadang. Oleh sebab itu, setelah tiang tersebut terpasang berikutnya yaitu penyelesaian kerangka mulai dari lantai, atap hingga dinding rumah.
Material Membangun Rumah Gadang
1. Kayu
Kayu adalah bahan utama yang paling dibutuhkan untuk membuat rumah Gadang. Seperti yang diketahui bahwa seluruh bagian rumah adat ini menggunakan kayu. Jenis kayu yang digunakan haruslah kayu pilihan terutama untuk tiang utama atau tonggak tuo agar bangunan kokoh selama berpuluh-puluh tahun.
2. Papan
Rumah Gadang menggunakan papan kayu untuk dinding pembatas serta lantai. Untuk mendapatkan dinding yang sesuai biasanya papan dibelah dengan ketebalan antara 3 hingga 6 cm atau sesuai dengan keinginan pemilik. Ukuran tersebut juga berlaku untuk lantai, namun biasanya menggunakan papan yang lebih tebal.
3. Bambu
Bahan bambu ini biasanya dimanfaatkan sebagai dinding yang diletakkan pada bagian belakang rumah. Adapun bambu tersebut dibentuk sebagai anyaman lebar yang dibuat sendiri oleh suku Minangkabau.
4. Ijuk
Masyarakat Minangkabau memanfaatkan bahan yang terdapat di alam untuk membangun rumahnya. Selain bentuk yang melengkung dan lancip, atap rumah Gadang juga cukup tahan lama yaitu dengan menggunakan ijuk sebab bahan satu ini dulu sangat mudah ditemukan di nagari.
5. Jerami
Selain ijuk, atap rumah adat ini juga bisa menggunakan jerami. Untuk kualitas dan ketahanan, jerami tidak kalah dengan ijuk karena sama-sama tahan lama dan mampu melindungi rumah dari panas maupun hujan. Namun seiring berjalannya waktu atap rumah adat Minangkabau kini beralih menggunakan seng yang dianggap lebih praktis dan ringan.
Rumah Gadang tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal, namun juga digunakan sebagai beberapa kegiatan penting lain seperti musyawarah, upacara pernikahan dan kegiatan adat lainnya. Rumah adat ini adalah kebanggaan rakyat Minangkabau bahkan bangunan tersebut menjadi inspirasi arsitek dunia.