Inilah fakta dan makna filosofi dibalik rumah adat Nuwo Sesat. Keunikan rumah adat Lampung atau disebut Balai Agung yang memiliki fungsi utama pertemuan adat para purwatin atau penyeimbang.
Nuwo sesat merupakan penamaan dari rumah adat khas Provinsi Lampung. Secara harafiah, “nuwou” memiliki arti rumah atau balai dan “sesat” berarti musyawarah. Sehingga Nuwo Sesat dapat juga diartikan sebagai sebuah rumah atau balai yang digunakan sebagai tempat bermusyawarah.
Secara umum, rumah adat ini dapat dideskripsikan sebagai rumah panggung bertiang. Seperti rumah panggung pada umumnya, bangunan Nuwo Sesat juga didominasi oleh bahan kayu yang dipotong persegi panjang dan disusun sejajar membentuk dinding.
Pada awal mulanya, rumah adat Nuwo Sesat memiliki atap dari ilalang. Namun, seiring perkembangan zaman atap ilalang ini mulai bergeser menjadi genting tanah. Adapun uraian lebih lanjut terkait fakta, keunikan, serta filosofi makna dibalik megahnya rumah adat Lampung ini adalah sebagai berikut.
Fakta Menarik Rumah Nuwo Sesat
Rumah adat Nuwo Sesat merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun di Provinsi Lampung. Selain sebagai pelestari budaya, beberapa rumah adat ini juga dibuka untuk kunjungan umum sebagai objek wisata populer. Berikut adalah fakta populer terkait rumah adat ini.
1. Bangunan Rumah Adat Bertingkat (Panggung)
Rumah adat Nuwo Sesat merupakan rumah dengan kontruksi bangunan bertingkat atau yang biasa dikenal dengan rumah panggung. Keuntungan dari pembuatan rumah panggung ini salah satunya mampu menjauhkan penghuni dari gangguan hewan liar. Rumah panggung juga cukup efektif dalam menghadapi datangnya banjir lantaran memiliki tiang penyangganya yang tinggi.
Bagi segi kesehatan, rumah jenis panggung juga membantu regulasi udara dan panas berjalan dengan lebih baik daripada rumah biasanya. Sehingga, rumah memiliki udara yang terasa jauh lebih sejuk. Selain itu, jarak antara tanah dengan alas yang cukup tinggi juga membuat air tanah di sekitar rumah meresap ke tanah dengan lebih baik.
2. Alami Kerusakan Ringan Saat Letusan Krakatau Abad 19
Abad ke 19, yang ditandai sebagai abad kelam letusan Krakatau tak hanya memakan banyak korban jiwa tetapi juga memporak-porandakan infrastruktur setempatnya. Uniknya letusan yang mampu meratakan rumah dan bangunan warga tersebut justru hanya menimbulkan dampak kerusakan ringan pada salah satu rumah adat Nuwo Sesat.
Rumah adat yang menjadi saksi bisu letusan Krakatau adalah Lamban Dalom dari Marga Balak. Bahkan, rumah adat ini diyakini telah dibangun sebelum abad ke 19. Namun hingga sekarang, sebagian besar dari bangunnya masih merupakan bangunan aslinya.
3. Luasnya Bisa Mencapai 100 Meter Persegi
Tak ada batas minimal dan maksimal dalam pendirian rumah adat Nuwo Sesat. Meskipun demikian, mayoritas rumah adat dibangun dalam ukuran yang sangat luas. Hal ini lantaran rumah adat ini juga memiliki fungsi sebagai tempat berkumpul keluarga besar.
Tentunya, semakin besar rumah yang dibuat semakin lapang dan nyaman pula bagi penghuninya. Maka tak heran, jika luas dari rumah adat ini juga dapat terhitung memiliki luas hingga 100 meter persegi.
Keunikan yang Dimiliki Rumah Adat Lampung
1. Menggunakan Batu Persegi Sebagai Pondasi Bangunan
Pada umumnya pondasi rumah moderen di Indonesia menggabungkan kombinasi batu bata atau kali, semen, coral, dan air yang dibangun dengan pola cakar ayam. Berbeda dari kebanyakan, rumah adat Nuwo Sesat menggunakan batu dengan bentuk persegi sebagai bangunan pondasi utamanya.
2. Memiliki Lantai Kayu
Tak kalah unik, lantai pada rumah adat Lampung ini merupakan lantai yang terbuat dari kayu. Kayu untuk lantai biasanya dipotong menjadi lembaran berbentuk persegi panjang dengan panjang dan ukuran sesuai selera. Tak jarang, beberapa rumah adat juga menempatkan bambu agar lantai semakin kuat.
3. Memiliki Dinding Kayu
Tak hanya lantainya, dinding rumah adat Nuwo Sesat juga terbuat dari kayu. Kayu yang dipilih sebagai dinding biasanya kayu yang padat dan kuat. Kayu ini kemudian dilapisi dengan bahan anti rayap sehingga kekokohannya tetap terjaga.
4. Memiliki Lebih dari 10 Tiang Penyangga dan Tiang Utama
Berbentuk rumah panggung, rumah adat ini ternyata memiliki jumlah tiang penyangga yang cukup banyak. Sebuah rumah adat biasanya memiliki 20 hingga 25 tiang penyangga. Sedangkan tiang utama biasanya terdiri dari 15 hingga 20 tiang.
5. Memiliki Atap Berbentuk Bubungan
Desain atap bangunan rumah adat Nuwo Sesat dibuat dengan bentuk bubungan. Ujung dari bubungan ini terpusat menjadi satu titik di bagian atas atap. Pada puncak titik bubungannya terdapat bulatan berbahan dasar kayu berlapis tembaga.
6. Memiliki Tangga Kayu di Bagian Depan Rumah
Hal unik lainnya dari rumah adat ini adalah adanya tangga kayu yang terletak di depan rumah adat. Tangga kayu ini berfungsi sebagai pintu masuk pertama menuju rumah adat. Selain itu, pembangunan tangga kayu ini didasarkan pada kondisi rumah panggung yang tinggi. Sehingga tangga dibangun untuk memudahkan akses kedalam rumah adat.
Filosofi dari Rumah Adat Nuwo Sesat
1. Bangunan Rumah Panggung
Makna filosofis dibalik pemilihan rumah panggung sebagai model rumah adat Nuwo Sesat dapat ditinjau dari keadaan alam Provinsi Lampung. Topografi alamnya yang didominasi oleh perbukitan dan wilayah hutan menjadikan rumah tipe panggung sebagai rumah yang paling cocok untuk dibangun.
Wilayah lereng bukit akan mudah terserang banjir jika debit air hujan turun sedang tinggi. Dengan adanya rumah panggung maka masyarakat tak perlu khawatir dengan adanya banjir.
Selain itu, menurut penelitian rumah panggung juga cukup efektif sebagai rumah anti longsor dan gempa lantaran memiliki tiang penyangga yang kuat. Dengan demikian, apabila terjadi longsor diseputran perbukitan maka masyarakat tetap mampu bertahan di rumah adat Nuwo Sesat.
Dominasi hutan di wilayah Lampung juga masih sangat tinggi. Tingginya dominasi hutan juga memperbesar potensi serangan hewan liar. Dengan membuat rumah panggung hewan liar setidaknya akan kesulitan untuk memasuki rumah.
2. Tujuan Keberadaan Rumah Adat
Tujuan khusus pembangunan rumah adat ini merupakan sebagai tempat bermusyawarah bagi para penyeimbang adat. Namun, pembangunan rumah adat ini juga memiliki beberapa tujuan khusus lainnya.
Seperti ungkapan peribahasa Lampung yang menyatakan, “ghiwon angkon”. Artinya bahwa orang-orang di sekitar kita seperti keluarga, sanak saudara, sahabat, serta kerabat haruslah selalu kita perhatikan.
Bentuk perhatian ini tentunya dapat dicurahkan lewat pertemuan adat yang di lakukan di rumah adat Nuwo Sesar. Berkumpulnya masyarakat untuk rapat adat juga memberikan kesempatan untuk sekedar menyapa dan bertanya kabar.
Lebih jauh, perkumpulan keluarga juga dapat diartikan sebagai upaya untuk terus menjaga tali silaturahmi dan menjaga runtutan silsilah keluarga. Tentunya sistem ini sangat bijak mengingat masyarakat sekarang sudah mulai abai dengan silaturahmi antar keluarga. Tak jarang, remaja masa kini bahkan tidak tahu asal usul atau silsilah keluarganya sendiri.
3. Bahan Dasar Rumah Adat
Bahan dasar yang digunakan untuk mendirikan rumah adat Nuwo Sesat merupakan bahan-bahan yang berasal dari alam. Bahan-bahan dari alam tersebut tentunya merupakan bahan yang ramah lingkungan.
Pada awal mulanya, Nuwo Sesat hanya menggunakan batu sebagai pondasinya. Tiang penyangga, lantai, hingga dindingnya pun menggunakan kayu dari alam. Sedangkan atapnya menggunakan ilalang, ijuk, ataupun rumbia.
Pemilihan bahan dasar ini dilatar belakangi oleh kecintaan masyarakat yang ingin menghargai alam. Rasa kepedulian tersebut melahirkan kepedulian dan penghormatan yang tinggi terhadap alam sehingga tidak ingin merusaknya dengan bahan-bahan yang membahayakan alam.
Tentunya hal ini sangat kontras dengan masa sekarang. Dimana masyarakat berlomba-lomba mendirikan gedung yang tak ramah bagi lingkungan.
4. Bagian-Bagian Ruangan Rumah Adat
Rumah adat Nuwo Sesat di Lampung memiliki bagian-bagian ruangan yang terpisah-pisah antara satu dengan yang lainnya. Masing-masing ruang tersebut memiliki fungsi yang berbeda pula antara satu dengan lainnya. Sebagai contoh, ruangan “anjungan” berfungsi sebagai tempat pertemuan non-formal sedangkan “pusiban” sebagai ruang pertemuan formal untuk bermusyawarah.
Perbedaan ini mengajarkan bahwa masing-masing bagian dari diri seseorang telah memiliki tugas dan kewajibannya masing-masing. Oleh karenanya tugas yang telah diberikan kepada kita juga harus menjadi tanggung jawab kita bukan sebaliknya menjadi tanggung jawab orang lain.
Cara Mendirikan Nuwo Sesat, Rumah Adat Lampung
1. Memilih Tanah Bangunan
Sebelum mendirikan rumah adat Nuwo Sesat terlebih dahulu harus diadakan pemilihan tanah yang cocok. Pemilihan tanah biasanya didasarkan pada pengecekkan kontur tanah. Apabila tanah memiliki kontur yang padat dan keras maka tanah tersebut merupakan tanah yang baik untuk membangun rumah panggung.
Pemilihan tanah ini sangat penting. Lantaran tanah akan menjadi tempat meletakkan pondasi serta tiang-tiang penyangga bagi rumah tipe panggung seperti rumah adat Nuwo Sesat.
2. Membuat Pondasi Rumah
Podasi rumah adat ini dapat dibangun seperti halnya pembangunan pondasi dengan umpak batu pada rumah-rumah tradisional. Hanya yang membedakan pada pondasi berbentuk batu persegi.
Mengingat Nuwo Sesat merupakan rumah adat dengan tipe panggung, maka jarak yang diperlukan antara dasar tanah dengan lantai kayu adalah kurang lebih 2 meter.
3. Pengaplikasian Dinding Rumah
Dinding rumah adat Nuwo Sesat terbuat dari kayu. Oleh karenanya kayu yang dipilih haruslah kayu dengan kualitas terbaik.
Kayu-kayu tersebut dipotong rapi berbentuk persegi panjang dan disusun secara berjajar. Untuk merekatkan kayu pada rumah adat biasanya menggunakan tali pintalan tenun yang kuat. Hingga saat ini, rumah adat Nuwo Sesat juga masih mempertahankan ciri khasnya tersebut.
4. Pengaturan Atap Rumah
Atap rumah adat Nuwo Sesat pada masa lalu cenderung menggunakan bahan-bahan dari alam, seperti tumbuhan ilalang atau alang-alang. Sebelum dijadikan sebagai atap, ilalang di susun dengan rapi pada pintalan benang tenun yang panjang. Setelah tersusun rapi tanpa celah, susunan tersebut digunakan sebagai atap.
Kombinasi antara ilalang dan benang tenun ini juga bisa diganti dengan kombinasi antara ijuk dan rumbia. Perubahan ini tentunya menyesuaikan bahan-bahan yang disediakan oleh alam.
Meskipun demikian, rumah adat ini pada masa kini telah menggunakan genting berbahan tanah sebagai atapnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengikuti perkembangan zaman.
Itulah gambaran daya tarik dari rumah adat Nuwo Sesat di Provinsi Lampung. Konsistensinya menjaga budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun membuat rumah adat ini tetap populer seiring berjalannya waktu. Keunikan dan makna filosofis yang tersimpan dibalik megah bangunannya menjadikan rumah adat Lampung ini menarik untuk dipelajari.