Inilah beberapa fakta menarik dari rumah adat limas. Rumah adat tradisional Sumatra Selatan berbentuk panggung yang kaya makna, filosofi dan keunikan.
Indonesia memiliki beragam suku dan budaya yang tersebar di setiap wilayahnya. Keragaman suku dan budaya ini dapat memiliki bentuk sebagai rumah adat tradisional. Salah satu rumah adat yang indah dan cukup dikenal oleh masyarakat luas ialah Rumah Adat Limas. Rumah ini berasal dari Sumatra Selatan. Rumah dengan bentuk ini juga dapat dijumpai di beberapa daerah di Malaysia.
Bentuk rumah ini tidak terlalu mencolok dengan banyak dekorasi. Kesannya sederhana namun nyaman untuk ditinggali. Rumah ini memiliki ciri khas yaitu atapnya yang berbentuk limas. Bentuk ini cukup digemari oleh masyarakat, sehingga terdapat beberapa jenis arsitektur yang mengadaptasi bentuk modern dari rumah tradisional khas Sumatra Selatan ini.
Rumah ini memiliki kolong dibawah lantainya, atau biasa disebut sebagai rumah panggung. Material yang sering digunakan untuk rumah inipun tidak beragam. Hampir setiap rumah adat tradisional memiliki material kayu sebagai penyusun utamanya. Berikut ini beberapa hal yang menarik untuk anda simak mengenai rumah adat khas Sumatra Selatan, yaitu Rumah Adat Limas.
Fakta Menarik Rumah Adat Limas

1. Bentuk Asli dari Rumah Limas
Rumah limas yang ada pada saat ini merupakan rumah adat dengan berbagai macam modifikasi yang cukup banyak. Namun masih ada satu buah rumah limas yang bertahan hingga saat ini.
Rumah tersebut berada di Balaputra Dewa, sebuah museum di Sumatra Selatan. Rumah ini sudah berumur 300 tahun dan hingga saat ini masih dalam kondisi yang sangat baik. Walaupun beberapa isi dari rumah ini sudah dipindahkan ke TMII, namun anda masih dapat menikmati keaslian dari rumah tradisional ini secara langsung.
2. Orientasi Bangunan Menuju Timur dan Barat
Bagi sebagian arsitek, orientasi bangunan merupakan salah satu hal yang cukup diperhatikan. Selain karena menghindari cahaya matahari yang berlebihan, orientasi bangunan juga mempengaruhi banyaknya angin yang bertiup ke dalam rumah. berbeda dengan Rumah Limas, orientasi rumah ini menghadap ke Timur atau Barat.
Orientasi bangunan yang berbeda dari yang lain ini tentu memiliki arti tersendiri. Beberapa sumber mengatakan bahwa orientasi yang dimiliki oleh Rumah Adat Limas Tradisional ialah Timur, sebagai lambang awal kehidupan manusia dan arah Barat sebagai lambang berakhirnya kehidupan duniawi.
3. Ornamen Penanda Kedudukan dan Garis Keturunan
Ornamen pada Rumah Limas tidak semata-mata diletakkan sebagai penghias ruangan untuk mengisi kekosongan visual. Namun ukiran ini memiliki makna yang cukup dalam. Salah satu ornamen yang memiliki makna khusus ialah ukiran yang berada di sepanjang dinding Rumah Limas.
Ukiran ini memiliki beberapa macam bentuk, seperti kulit kerang, guci dan naga. Simbol-simbol ini melambangkan garis keturunan dari sang pemilik rumah tersebut. Simbol yang diukir ini memiliki pengaruh kebudayaan Tiongkok yang pada zaman dahulu telah berkembang pesat di Sumatra Selatan.
Keunikan yang Dimiliki Rumah Adat Limas

1. Atap Berbentuk Limas
Atap dari rumah Limas, sesuai dengan namanya yaitu berbentuk limas. Bentukan ini merupakan perpaduan antara budaya Jawa dengan budaya Tiongkok. Jika anda melihat Rumah Joglo di Jawa, dengan Bangunan Istana di Tiongkok, tentu anda dapat melihat persamaan dan perbedaan antara kedua budaya ini yang dituangkan pada Rumah Limas.
Selain itu ornamen atap dari Limas ini juga memiliki makna yang cukup menarik. Ornamen yang memiliki bentuk tanduk dan melati ini memiliki arti yang berbeda. Ornamen dengan dua tanduk memiliki arti sebagai Adam dan Hawa, sebagai awal dari lahirnya Manusia dan ornamen melati yang memiliki arti sebagai lambang kerukunan dan keagungan.
Ornamen yang disebut Simbar ini dicirikan dengan beberapa tanduk di pinggirnya. Jumlah dari tanduk ini memiliki makna yang berbeda. Tiga tanduk melambangkan matahari, bintang dan bulan. Dan jika tanduk tersebut ada empat di setiap sisinya, maka tanduk tersebut melambangkan sahabat nabi. Dan 5 tanduk yang melambangkan sahabat nabi.
2. Berbentuk Panggung
Rumah panggung tentu tidak asing ditemukan di berbagai rumah tradisional. Hal ini dikarenakan dengan membentuk rumah sebagai rumah panggung, maka sang empunya rumah dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan untuk masuk ke dalam rumah seperti kadal, ular, tikus dan beberapa hewan lainnya.
Selain itu, bagian bawah dari rumah panggung juga dapat digunakan sebagai penyimpanan atau gudang. Jika pada masyarakat modern menggunakan gudang sebagai tempat penyimpanan benda yang jarang digunakan, maka pada rumah tradisional bagian bawah panggung ini digunakan untuk menyimpan ternak, air dan beberapa benda untuk berkebun.
Sejarah dari rumah panggung ini juga merupakan adaptasi dari lingkungan pada bangunan tradisional. Tanah di Sumatra Selatan yang kebanyakan merupakan tanah rawa ataupun bekas sungai, mengakibatkan sering terjadinya banjir. Sehingga rumah dibangun dengan tinggi untuk menghindari masuknya air ke dalam.
Pada rumah Limas modern, tingginya rumah tidak lagi dibangun dengan kayu yang panjang. Melainkan dengan pondasi yang tinggi, hingga dapat membentuk rongga di dalamnya. Rongga ini sering digunakan sebagai ruangan tambahan ataupun sebagai hiasan saja.
3. Terbuat dari Kayu
Rumah adat tradisional ini menggunakan bahan kayu sebagai material utama dalam penyusunan setiap struktur hingga detil rumahnya. Kayu yang digunakanpun bukanlah kayu sembarangan, melainkan kayu ulin ataupun kayu trembesi. Kayu jenis ini telah digadang-gadang sebagai kayu yang cukup mahal oleh karena kualitasnya yang tidak perlu diragukan lagi
Kayu Ulin memiliki sifat yang tahan air, tahan cuaca hingga tahan tekan. Kayu dengan kualitas seperti ini tentu sangat sulit untuk didapatkan. Hal ini mengakibatkan pembangunan Rumah Limas, walaupun terlihat sederhana, namun memiliki material dan detil yang cukup memberikan pesona tersendiri bagi penikmat bangunan tradisional.
Selain itu, masyarakat Sumatra Selatan juga menggolongkan kayu menjadi beberapa golongan yang memiliki filosofi unik pada penggunaannya. Salah satunya ialah kayu Unglen yang digunakan sebagai pondasi oleh karena strukturnya yang kuat dan tidak mudah lapuk oleh air.
Yang kedua ialah kayu Seru. Kayu ini disakralkan oleh masyarakat, kayu ini tidak diizinkan untuk diinjak. Sehingga penggunaannya pada rumah berada pada kerangkanya. Dan yang terakhir ialah kayu tembesi, dimana kayu ini digunakan sebagai bahan utama pembuatan dinding, jendela, lantai dan pintu pada Rumah Limas Tradisional.
4. Menggunakan Teknik Sambungan Kayu
Oleh karena kayu yang digunakan untuk membangun rumah ini ialah kayu ulin, cara untuk membangun rumah ini sedikit berbeda dengan cara untuk membangun rumah lainnya. Perbedaan ini terletak pada penggunaan paku. Rumah Limas tidak menggunakan paku sebagai penyambung pada setiap bagian dari kayunya.
Bagian rumah seperti pintu, lantai bahkan pagarnya juga tidak menggunakan paku melainkan menggunakan teknik menyambung kayu. Teknik ini cukup sulit dan memakan waktu dalam pengerjaannya. Tidak semua pengerja kayu mengerti teknik menyambung kayu. Namun untuk rumah adat ini yang disusun dengan kayu istimewa, teknik ini menambah kemewahannya.
Filosofi yang Dimiliki Rumah Adat Limas

Rumah Limas memiliki filosofi mendalam yang tertuang pada bagian tingkat-tingkat lantainya. tingkat lantai yang disebut Kejang ini memiliki arti sebagai tiga garis turunan khusus masyarakat Sumatra Selatan, yaitu Kemas, Ki Agus atau Raden. Berikut ini 5 tingkatan lantai dengan maknanya.
1. Tenggalung
Tingkat ini merupakan tingkat pertama pada rumah. Pagar Tenggalung memiliki arti sebagai ruangan terbuka yang tidak memiliki dinding pembatas. Ruangan ini digunakan sebagai penerima kedatangan tamu pada waktu upacara adat.
Ruangan ini dibangun dengan konsep yang cukup unik. Jika anda berdiri di dalam ruangan ini, maka anda dapat melihat pemandangan di luar rumah. Akan tetapi, jika anda berada di luar ruangan, maka anda tidak dapat melihat ke dalam rumah. Konsep yang unik dan mengesankan bukan?
2. Jogan
Tingkap selanjutnya dinamakan dengan Jogan. Tingkat ini merupakan tingkat kedua dari rumah, yang khusus diperuntukkan bagi anggota keluarga khususnya anggota keluarga dari pihak pria dari pemilik rumah. di tingkat ini privasi keluarga lebih ditingkatkan lagi sebagai bentuk penghormatan pada pemilik rumah dan keluarganya.
Selain itu secara umum Jogan ini melambangkan sikap masyarakat yang sangat menjunjung kehormatan dari laki-laki maupun wanita. Hal ini tentunya mencerminkan kebudayaan Sumatra Selatan yang mematuhi tata krama dan norma adat yang berlaku pada setiap masyarakat yang tinggal di daerah Sumatra Selatan.
3. Kekijing Tiga
Pada tingkap Kekijing Tiga, maka privasi yang berlaku lebih ketat lagi. Di area ini terdapat pembatas yang berbentuk sekat yang dengan tegas membedakan antara area Kekijing Tiga, dengan area sebelumnya. Tentunya yang diizinkan untuk memasuki ruangan ini memiliki hubungan yang lebih erat lagi dengan keluarga pemilik rumah.
Di area ini yang diperbolehkan masuk ialah tamu undangan pada acara yang diselenggarakan di rumah ini. Acara yang dilakukan dapat berupa hajatan, khitanan, pernikahan dan beberapa acara serupa yang dapat diselenggarakan di rumah. Ruangan ini juga diperuntukkan bagi tamu sesepuh yang dihormati ataupun tamu yang sudah paruh baya.
4. Kekijing Empat
Pada Kekijing empat, tidak semua tamu dapat memasuki area ini. Area ini diperuntukkan bagi sanak saudara yang memiliki hubungan erat dengan sang pemilik rumah. Jika ada tamu yang merupakan sesepuh kehormatan, juga dapat memasuki ruangan ini. uniknya, di ruangan ini tempat duduk bagi para tamu sudah disediakan dan ditata sesuai urutan kekerabatannya.
5. Gegajah
Dan yang terakhir ini merupakan ruangan yang paling istimewa. Ruangan ini memiliki luas yang lebih besar jika disandingkan dengan ruangan di tingkat yang lebih rendah. Ruangan ini dapat dimasuki hanya oleh orang yang memiliki posisi tinggi di dalam suatu keluarga, ataupun yang dituakan di tatanan masyarakat.
Ruangan ini berisikan amben, atau undakan lantai yang diperuntukkan khusus sebagai tempat untuk bermusyawarah. Selain itu ada juga kamar yang disakralkan, dan hanya digunakan sebagai kamar pengantin jika terdapat pernikahan yang diselenggarakan oleh sang pemilik rumah.
Ragam budaya dan tata krama di Indonesia yang beragam telah terserap jauh hingga ke dalam arsitektur pada rumah tempat seseorang beristirahat. Tentunya hal ini menjadi hal yang positif, yang akan terus mengingatkan anda pada norma-norma yang berlaku hingga diwasiatkan secara turun-temurun. Semoga dengan artikel ini, wawasan anda tentang Rumah Adat Limas akan lebih terbuka.