Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar merupakan salah satu rumah adat khas Provinsi Riau sebagai tempat pertemuan Pemangku Adat. Inilah fakta dan keunikan yang dimiliki Balai Selaso Jatuh Kembar.
Seperti wilayah Indonesia lainnya, provinsi Riau juga memiliki warisan hunian dari leluhur yang disebut dengan rumah adat Selaso Jatuh Kembar. Salah satu rumah adat yang terdapat di Pulau Sumatera ini juga disebut sebagai Balai Salaso Jatuh atau balirung sari, balai penobatan, balai karpatan dan masih banyak lagi.
Rumah adat satu ini bukanlah sembarang tempat karena sebenarnya rumah tersebut difungsikan sebagai tempat atau balai yang digunakan untuk berkumpul bersama. Oleh sebab itu, masyarakat sekitar menganggap bahwa bangunan rumah adat ini sangat sakral.
Tidak jauh berbeda dengan bangunan rumah adat Nusantara, Selaso Jatuh Kembar juga sarat akan makna. Setiap bagian rumah mulai dari depan hingga bagian dalam memiliki cerita dan fungsinya masing-masing. Untuk lebih lengkap, simak informasi di bawah ini.
Fakta dan Sejarah Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar
1. Rumah yang Cukup Luas
Rumah adat Selaso Jatuh Kembar merupakan rumah yang cukup luas dengan beberapa bagian yang dialih fungsikan ruangan tertentu. Pada rumah tersebut terdapat selaso atau selasar yang cukup luas serta posisinya menjorok ke dalam dibanding area lainnya.
Rumah ini mempunyai tangga di bagian depan dan belakang yang letaknya tepat di depan pintu dapur. Selain ruangan dan rumah yang luas, umumnya setiap rumah adat tersebut memiliki halaman yang cukup lebar pula. Ruangan yang cukup luas tersebut diberikan sekat yang juga berguna sebagai pemisah antara ruangan yang satu dengan yang lainnya.
2. Rumah Berbentuk Panggung
Selaso Jatuh Kembar adalah rumah adat yang berbentuk panggung cukup tinggi. Rumah adat tersebut tidak jauh berbeda pada rumah pada umumnya namun dari segi fungsi sangatlah berbeda. Terdapat tangga pada bagian depan rumah yang berguna untuk menghubungkan area luar untuk masuk ke dalam rumah.
Namun tidak hanya itu, terdapat tangga yang terletak persis di depan area dapur. Adapun tangga tersebut juga berfungsi sebagai cerobong asap dan ventilasi udara dapur. Ventilasi tersebut terbuat dari papan Merbau yang bentuknya jauh lebih tipis dibanding biasanya namun memiliki kekuatan yang sama.
3. Berfungsi Sebagai Tempat Pertemuan
Pada umumnya rumah adat digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat setempat namun berbeda dengan Selaso Jatuh Kembar. Pada jaman dahulu rumah tradisional tersebut tidak digunakan sebagai tempat tinggal melainkan sebagai tempat pertemuan misalnya upacara adat, musyawarah, rapat desa, penobatan kepala adat, atau acara adat warga lokal lainnya.
Banyak yang belum tahu bahwa selain sebagai tempat sakral untuk acara adat, keagamaan serta masyarakat lokal ternyata rumah adat tersebut juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang. Namun saat ini, warga lokal sudah beralih ke masjid untuk melaksanakan acara-acara penting baik adat maupun keagamaan.
Keunikan yang Dimiliki Balai Selaso Jatuh Kembar
1. Dibangun Dengan Material dari Alam
Yang unik dari rumah adat Selaso Jatuh Kembar adalah material yang digunakan untuk mendirikan rumah tersebut karena berasal dari bahan yang sudah tersedia di alam. Untuk atap mereka memanfaatkan daun rumbia serta daun pinah yang disusun dengan rapi.
Selain itu, untuk mengikat antar daun dan tiang menggunakan tali rotan. Kemudian papan untuk dinding dan lantai memanfaatkan kayu kuat dan berkualitas seperti kayu medang, meranti, punak dan merbau.
2. Memiliki Banyak Hiasan
Berikutnya yang unik dari rumah adat ini adalah mempunyai beragam ukiran yang cantik. Adapun ukuran tersebut menghiasi seluruh bagian rumah seperti tangga, tiang, jendela, pintu, serta hiasan dinding lainnya. Motif
Filosofi Bagian Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar
1. Atap
Tap rumah adat Selaso Jatuh Kembar berbentuk kerucut dengan bahan dasar dedaunan yaitu daun pinah dan rumbai. Daun tersebut disusun dengan menggunakan alas rotan lalu diikat dengan tali rotan. Masyarakat dahulu menggunakan bahan alam karena belum akrab dengan genteng, cara tersebut juga menjadi cara mereka bersyukur atas pemberian tuhan.
Penggunaan daun rumbia dan pinah bukan hanya untuk kebutuhan semata melainkan untuk mendapatkan manfaatnya yang dapat memberikan kesejukan pada ruangan di bawahnya, hingga saat ini, di beberapa daerah provinsi Riau masih mempertahankan penggunaan daun pinah dan rumbia sebagai pengganti genteng.
2. Tiang
Tiang rumah rumah adat ini memiliki beragam bentuk sesuai dengan kisah dan kegunaannya masing-masing. Setidaknya terdapat empat macam tiang yang umum digunakan pada rumah tersebut seperti segi empat, enam, tujuh, delapan dan sembilan terbuat dari bahan dasar kayu punak, resak, tembesu dan kulim.
Adapun filosofi pada tiang rumah berbentuk segi empat adalah gambaran mata angin timur, barat, utara dan selatan. Sedangkan tiang rumah berbentuk segi enam bermakna rukun iman dalam islam, sementara segi tujuh melambangkan tujuh tingkatan surga serta neraka.
Lalu segi delapan memiliki arti agar rejeki datang dari berbagai penjuru rumah dan tiang berbentuk segi sembilan adalah lambang strata perekonomian seseorang. Terdapat tiang utama dari rumah tersebut yakni tiang penghulu dan tiang seri. Pada umumnya tiang utama berdiri dalam jumlah genap dengan tinggi sekitar 1 hingga 2,5m serta jarak antar tiang sekitar 3m.
3. Tangga
Terdapat tangga di bagian luar rumah adat ini yang dihiasi dengan ukiran-ukiran indah penuh dengan kenangan. Salah satu ukiran yang sering ditemui di bagian tangga yaitu ukiran berombak-ombak karena jika dilihat dari kejauhan bentuknya menyerupai ombak.
4. Ruangan Dalam Rumah
Selanjutnya beralih ke bagian ruang tengah yang dibatasi dengan sekat sehingga bisa memisahkan antara ruangan yang satu dengan lainnya. Beberapa ruangan yang tercipta dari adanya sekat tersebut adalah ruangan untuk berkumpul para tetua, ruangan para laki-laki dan perempuan.
Lalu ada pula ruangan yang disebut dengan anjungan dan berfungsi sebagai tempat tidur para tokoh atau golongan tertentu. Selain sebagai tempat berkumpul dan kegiatan adat, nyatanya rumah tersebut juga dimanfaatkan sebagai ruang penyimpanan. Beberapa benda akan disimpan merupakan perlengkapan untuk acara adat seperti alat tari juga peralatan musik.
Selain ruangan yang telah disebutkan di atas, bagian rumah yang tidak kalah penting yaitu dapur. Ruangan untuk memasak ini letaknya berada di bagian belakang untuk memasak yang menggunakan ventilasi udara dari kayu Merbau. Bagian tersebut dikenal dengan Singap atau Bidai yang dibuat berdasarkan arah mata angin.
5. Makna Ukiran
Ukiran yang terdapat pada rumah adat Selaso Jatuh Kembar dilengkapi dengan berbagai macam lukisan indah. Masyarakat setempat menyebut ukiran pada rumah adat ini dengan itik sekawan. Adapun makna ukiran tersebut yaitu menggambarkan keselarasan dalam hidup, kompak, damai, hidup secara berdampingan serta selalu bersama hingga akhir.
Ukiran dengan corak itik sekawan ini umumnya terdapat di bagian dinding serta bentuk yang cukup unik yakni menyerupai itik yang sedang berjalan serta berbaris rapi. Corak itik sekawan ini juga sering disebut sebagai itik pulang pent.
Selanjutnya terdapat ukiran yang diberi nama pucuk rebung karena menyerupai tunas. Pucuk rebung terbagi menjadi empat dengan makna berbeda-beda, yang pertama yaitu pucuk rebung kaluk paku yang bermakna gotong royong dan saling membantu antar masyarakat, lalu pucuk rebung bertunas yang maknanya menghilangkan dahaga dan lapar atau masalah setiap harinya.
Kemudian ada ukiran pucuk rebung sekuntum yang memiliki arti musyawarah hingga mencapai mufakat untuk hajat orang banyak. Sedangkan pucuk rebung yang terakhir yaitu Sirih Tunggal yang menggambarkan pengusiran barang negatif, celaka, penghalang serta kesialan yang dapat terjadi dimana dan kapan saja.
Berikutnya corak berombak atau lebah gantung yang letaknya berada di bawah tangga yang bermakna manusia harus bermanfaat untuk sesama seperti halnya lebah. Lalu ukiran bentuk semut beriring yang selalu rukun, rajin, teguh pendiriannya serta saling tolong menolong. Dan terakhir corak awan larak sebagai simbol kelancaran rejeki.
Proses Pembuatan Rumah Selaso Jatuh Kembar
1. Menentukan dan Pengukuran Lahan
Bagian paling penting ketika membangun rumah yaitu mencari dan menghitung lahan yang akan digunakan sebagai tempat tinggal. Sebaiknya pilih lahan yang luas mengingat rumah adat satu ini cukup luas.
2. Menyiapkan Material Bangunan
Rumah adat Selaso Jatuh Bentar menggunakan material bangunan yang berasal dari alam. Adapun bahan-bahan yang harus disiapkan yaitu kayu-kayu, rotan, tali rotan serta dedaunan untuk atap.
3. Membuat Pondasi, Memasang Kerangka Dinding, Lantai dan Atap
Berikutnya yaitu pemasangan pondasi dengan menggunakan kayu kuat da n berkualitas agar bertahan lebih lama. Setelah pondasi berdiri berikutnya yaitu memasang kerangka rumah dengan menghubungkan satu-persatu kayu lainnya. Usai memasang kerangka yaitu membuat lapisan lantai.
Atap menjadi bagian paling akhir dipasang karena letaknya tinggi sehingga membutuhkan bantuan atau tumpuan untuk mengambilnya. Seperti yang telah disebutkan bahwa atap rumah adat ini menggunakan daun yang juga tahan lama.
Demikian informasi mengenai rumah adat Selaso Jatuh Kembar yang terdapat di Pulau Sumatera tepatnya provinsi Riau. Rumah adat tersebut kini hanya digunakan upacara adat karena masyarakat kini beralih menggunakan masjid.