Harga Tiket: Rp 5.000; Map: Cek Lokasi Alamat: Simamora, Kec. Bakti Raja, Kab. Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. |
Pemerintah Daerah terutama Kementerian Pariwisata Kabupaten Humbang Hasundutan berencana untuk memperkuat warisan budaya yang ditinggalkan oleh kerajaan Sisingamangaraja melalui pariwisata sejarah dan juga pengelolaan warisan budaya. Beberapa lokasi dan juga peninggalan akan semakin ditelusuri untuk memperkuat sistem bimbingan teknis dari pariwisata.
Raja Sisingamangaraja telah meninggalkan banyak sekali warisan budaya yaitu diantaranya terdapat kitab dengan menggunakan Aksara Batak, dan juga Istana Raja Sisingamangaraja. Raja Sumatera ini dikenal sangat sakti karena mengetahui berbagai hal sebelum orang lain tahu. Anda juga dapat menemukan arsip atau Budel Bakkara yang menyangkut Kerajaan.
Sejarah Singkat Istana Raja Sisingamangaraja

Sosok Sisingamangaraja dikenal sebagai raja yang begitu pemberani dan tidak pernah mau untuk tunduk kepada pemerintahan kolonial Belanda. Karena mendapat bantuan dan juga dukungan penuh dari masyarakat Sumatera Utara, Raja ini menunjukkan sebuah perlawanan kepada belanda. Perlawanan tersebut berhasil membuat Belanda kewalahan.
Dengan adanya perlawanan terus menerus dari Sisingamangaraja, Belanda merasa terancam dan akhirnya mengejar Raja dan seluruh keluarganya dengan menghancurkan istana yang kerajaan di Bakkara pada tahun 1883. Walaupun mendapat perlakuan seperti itu, Sisingamangaraja tetap melanjutkan perjuangan melawan belanda dengan semangat lebih tinggi.
Raja dengan para pengikutnya pun telah berjanji untuk terus melakukan perlawanan meskipun hingga titik darah penghabisan untuk membuat Belanda meninggalkan tanah Sumatera dan bahkan tanah air. Cerita dari Raja Sisingamangaraja ini berakhir pada 17 Juni 1907 setelah meninggal. Raja Sumatera ini dijuluki sebagai Patuan Bosar Ompu Pulau Batu.
Selain meninggalkan sebuah kisah tentang keberaniannya dalam melawan penjajah, Prabu Sisingamangaraja XII juga meninggalkan sebuah istana dan beberapa jenis peninggalan sejarah lainnya. Istana Raja Sisingamangaraja merupakan tempat tinggal yang ditempati bersama keluarganya dengan luas kurang lebih sekitar 100 M x 100 M.
Karena berukuran sangat luas, anda dapat menemukan 3 rumah di dalam Istana. Rumah tersebut diberi nama Rumah Bolo, Sopo Parsaktian dan Sopo Bolon. Selain rumah-rumah tersebut, anda juga dapat menemukan makam Raja Sisingamangaraja X dan Raja Sisingamangaraja XI di dalam Istana. Istana ini Pernah dibakar oleh tentara Tuanku Rao (Bonjol).
Berdasarkan sejarah, pembakaran tersebut terjadi pada tahun 1825 dan kemudian dibakar lagi oleh tentara Belanda pada tahun 1878. Sehingga, istana yang dapat ditemukan saat ini merupakan wujud dari renovasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan juga Pemerintah Daerah dengan beberapa pengembangan.
Bagi siapapun yang berkunjung ke lokasi ini tidak hanya bisa belajar atau mengetahui bukti sejarah pada masa pertarungan di Istana Sisingamangaraja saja tetapi juga dapat menikmati keindahan alam dari Sumatera Utara. Di Sebelah Istana, Anda dapat melihat bukit hijau yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk menenangkan diri dan menyegarkan mata.
Koleksi Istana Raja Sisingamangaraja

1. Pertanian Bakkara dengan Kearifan Lokal
Sebelum menanam padi, kami akan mengadakan ritual dengan batu capon. Orang-orang di sana menyembelih kambing putih. Setelah itu, darah dimasukkan ke dalam lubang di batu. Tiga hari kemudian, semut akan muncul di sana. Jika melihat semut hitam, benih padi putih yang ditanam. Jika semut berwarna merah, tabur benih dengan beras merah.
Jika ada semut hitam dan semut merah, maka padi yang ditanam adalah campuran keduanya. Itulah aturan dan juga tradisi yang harus diwariskan terutama dari generasi ke generasi. Pelajaran ini dapat diambil dari referensi Aksara Batak. Di sini Anda bisa melihat bagaimana keharmonisan dan kepribadian Sisingamangaraja yang tercipta dengan jelas.
2. Kitab Aksara Batak yang Menggambarkan Sosok Sisingamangaraja
Tentu banyak cerita di kawasan Istana Raja Sisingamangaraja, Lumban Raja, Bhakti Raja dan Humbang Hasundutan. Penampakan Sisingamangaraja dan sistem sosialnya ditampilkan dalam aksara Batak. Baris pertama bertuliskan (Parsombaon Sulu Sulu, Parbatu Siungkap Ungkapon). Dengan kata lain, ada batu sikapo kapon yang bisa dijadikan acuan bagi petani padi.
3. Destinasi Bakkara
Dalam Kitab yang ditulis dengan menggunakan Aksara Batak tersebut menuliskan Piso Gajah Dompak Piso Solam Debata yang menjelaskan tentan pewarisan kekuasaan dapat dilakukan dengan cara mencabut pusaka Piso Gajah Dompak. Namun, Proses dari pewarisan dengan cara ini telah berakhir atau sudah berhenti pada raja Sisingamangaraja XII.
Hal tersebut terjadi karena Piso Gajah Dompak sudah tidak dapat ditemukan lagi di wilayah Bakkara. Oleh karena itu, sangat tidak dimungkinkan untuk menggunakan metode ini untuk menentukan siapa penerus dari Raja Sisingamangaraja. Kerajaan Sisingamangaraja ini telah memerintah selama beratus tahun yaitu dari tahun 1530 sampai dengan 1907.
Kisah Bakara dengan Sisingamangaraja memang sangat unik dan menarik. Ada banyak hal yang bisa anda pelajari. Destinasi Bakkara tentunya akan dapat membangun sebuah citra dengan melalui segi alam, Budaya, agrowisata dan juga sejarah. Kawasan ini juga dikenal sebagai kawasan dengan penghasil bawang merah, beras dan hasil pertanian lainnya.
4. Penafsiran ‘Parhoda Silitonga Parlage Hamasan’ dan ‘Parbale Pasogit Bale Partonggoan’
Selain tentang cara bercocok tanam, Kita Aksara Batak yang diwariskan dari Raja yang dapat ditemukan di Istana Raja Sisingamangaraja ini juga terdapat baris yang menunjukkan atau menjelaskan tentang Parhoda Silitonga Parlage Hamasan atau yang interpretasikan sebagai pemilik kuda dan juga tikarnya sendiri. Terdapat lanjutan dari baris tersebut.
Bunyinya adalah Parbale Pasogit Bale Partonggoan yang diinterpretasikan bahwa raja Sisingamangaraja memiliki sebuah rumah yang digunakan untuk tempat bersemedi dan juga berdo’a. Raja juga mengungkapkan bahwa dirinya mengikuti atau penganut dari Parmalim dengan ciri khasnya yang tidak memakan daging babi dan hewan yang terlarang lainnya.
5. Sumber Mata Air Aek Sipangolu

Karakter dari tokoh sentral raja Sisingamangaraja juga dikaitkan dengan Air Aek Sipangolu. Lokasi dari Air ini Berada di wilayah Simalungampe yang ada di Baktiraja. Sebuah destinasi wisata sumber mata air diceritakan muncul dari ketukan tongkat Sisingamangaraja. Setelah melakukan perjalanan panjang, gajah yang ditunggangi oleh Sisingamangaraja merasa haus.
Kemudian Raja ini Berdoa dan memohon kepada Mulajadi Na Bolon dan dilanjutkan dengan menancapkan tongkatnya ke dalam tanah. Tidak lama setelah itu, air mengalir setelah tongkat yang ditancapkan tercabut. Mata air ini juga dipercaya mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Jika berbicara tentang Bakkara dan Sisingamangaraja merupakan paket yang tidak terpisahkan.
6. Sopo Bolon, Rumah Parsaktian, Sopo Godang hingga Rumah Bolon
Selanjutnya, dalam baris Kitab Aksara Batak Sisingamangaraja menjelaskan tentan kata Parbale Padok Bale Paradaton Bale Parahoman. Dari kalima tersebut dapat dilihat bahwa mengacu pada banguan yang berada di kompleks Istana Raja Sisingamangaraja. Disana terdapat rumah Sopo Bolon, Sopo Godang, Ruma Parsaktian, dan Ruma Bolon.
Setiap dari rumah tersebut memiliki fungsi kegunaannya tersendiri. Dimulai dari Sopo Bolon merupakan tempat yang berfungsi sebagai penyimpanan dari alat dan juga hasil pertanian kerajaan. Kemudian Sopo Godang digunakan sebagai tempat atau sanggar kebudayaan dan juga kesenian. Tempat ini juga dijadikan lokasi perkembangan kerajinan tangan.
Selain itu, Sopo Godang juga dimanfaatkan sebagai tempat atau media untuk silaturahmi para pemuda dan pemudi. Selanjutnya Ruma Parsaktian merupakan rumah yang dijadikan sebagai lokasi tempat tinggal raja beserta keluarga. Dan yang terakhir yaitu Ruma Bolon yang menjadi tempat untuk pertemuan dan menjamu para tamu kerajaan.
Di area sekitar Istana Sisingamangaraja, anda juga dapat menemukan bendera yang berkibar dan memiliki 3 elemen yaitu Piso gajah Dompak, Manodange unia atau bulan dan juga Mangodange Potigon atau Bintang. Bukti pengabdian dari Kerajaan Sisingamangaraja sangat luar biasa terutama dalam hal untuk menangkal atau mengusir penjajah Belanda.
Di wilayah bakkara ini anda dapat mengetahui cerita sejarah yang sangat lengkap dan beberapa diantaranya dari kisah tersebut masih berhubungan langsung dengan tokoh dari Raja Sisingamangaraja. Semua hal tersebut menjadikan lokasi sekitar Istana Raja Sisingamangaraja ini tampak lebih mempesona dengan berbagai potensi luar biasa yang dimilikinya.
7. Tombak Sulu Sulu
Anda pasti akan berpikir bahwa tombak Sulu Sulu merupakan suatu senjata. Namun tempat ini adalah sebuah hutan atau karst yang berada di sekitar Istana. Dalam setiap kata penamaan dari Tombak Sulu Sulu yaitu Tombak yang berarti Hutan dan juga Sulu Sulu berarti cahaya atau penerangan. Lokasi karst ini berukuran 1,5 hektar dan berusia 250 juta Tahun.
Pada lokasi Karst tersebut, terdapat satu sisi tumpukan batu yang berbentuk goa dengan ukuran 2 meter persegi dan tingginya sekitar 2,5 meter. di dalam gua tersebut, anda akan menemukan sebuah batu yang berukuran panjang. Lokasi inilah yang menjadi tempat kelahiran Raja Tuan Besar Sinambela Opupulobatu Sisingamangaraja XII.
Bakkara dikenal sebagai wilayah yang sangat unik karena anda dapat menemukan tokoh yang sangat luar biasa yaitu Sisingamangaraja. Pesan yang disampaikan oleh Raja ini masih terjaga dengan baik di Istana Raja Sisingamangaraja. Selain mempelajari tentang sejarah, Pengunjung juga dapat menikmati eksotisme alam, dan berbagai aktivitas lainnya.
Istana Sisingamangaraja ini menyimpan banyak sekali pengalaman berharga. Peninggalan yang memiliki makna mendalam adalah kitab Aksara Batak yang memberikan berbagai jenis pengetahuan dan menyisakan jejak sejarah yang pernah dilalui atau dilakukan oleh raja Sisingamangaraja pada masa pertarungan dengan Belanda atau sebelum merdeka.