Suku Nias terkenal sebagai salah satu suku di Indonesia yang menjaga nilai-nilai tradisional yang dimilikinya. Ada beragam budaya tradisional suku Nias yang hingga kini masih bisa disaksikan secara langsung.
Mulai dari rumah adat, upacara tradisional, hingga pakaian adat yang mewah. Pakaian adat suku Nias seringkali disebut sebagai Baru Oholu dan Õröba Si’öli, yang mana keduanya pernah meraih banyak perhatian dari berbagai pihak setelah dipakai oleh presiden Jokowi pada suatu acara.
Banyak pihak yang merasa kagum dengan kemegahan dan kecantikan baju adat yang berasal dari Nias, Sumatera Utara. Berikut ini adalah beberapa informasi mengenai kedua pakaian adat tersebut yang penting untuk diketahui.
Sejarah Pakaian Baru Oholu & Õröba Si’öli

1. Dianggap Menyerupai Bendera Jerman
Pakaian adat Nias yakni Baru Oholu & Õröba Si’öli beberapa waktu terakhir seringkali diperbincangkan oleh warganet di sosial. Hal tersebut karena ada sebuah klaim yang menyatakan bahwa warna kedua pakaian adat ini disadur dari negara Jerman, dan memicu perdebatan yang cukup intens.
Ada beberapa pihak yang menganggap bahwa perpaduan warna yang diterapkan pada pakaian adat ini hampir mirip dengan bendera Jerman. Padahal, hal tersebut bukan hal yang tepat sebab tidak ada warisan sejarah yang menyatakan bahwa tiga warna baju pada kedua pakaian adat ini terinspirasi oleh misionaris Jerman.
Justru sebaliknya, fakta sejarah memiliki kebenaran yang mampu membuktikan bahwa pakaian adat suku ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan negara Jerman dalam hal apapun. Pada masa dahulu kala, masyarakat Nias masih belum memiliki pabrik tekstil, sehingga mereka merasa kesulitan dalam memproduksi pakaian dari kapas.
Karena hal tersebut, maka mereka berusaha untuk memanfaatkan bahan alami lainnya yang mampu mengganti kapas ketika ingin menciptakan pakaian, yakni dengan menenun rumput atau kulit pohon. Biasanya mereka membuat rompi (baru oholu) dan cawat (saombo) yang nantinya ditujukan untuk dipakai laki-laki dari pohon isito atau oholu.
2. Bahan Awal yang Dimanfaatkan untuk Membuat Pakaian
Dibuat dari bahan alami, maka tidak mengherankan apabila pakaian laki-laki memiliki warna yang cenderung alami seperti hitam atau cokelat, disertai dengan ornamen yang berwarna hitam, merah, dan kuning. Rompi dan jaket yang digunakan sebagai baru oholu untuk laki-laki biasanya dibuat dari serat rumput yang diolah terlebih dahulu.
Sedangkan bagi pakaian wanita yakni Õröba Si’öli, bahan utama yang dipakai juga tidak jauh berbeda. Untuk pakaian wanita, masyarakat Nias menenun rumput dan serat isito untuk membuat kain yang bisa digunakan pada bagian bawah.
Tenun rumput dan isito itu dipakai oleh kaum wanita dengan dililitkan pada pinggang wanita tersebut sambil dihiasi oleh anting besar dan gelang kuningan. Pada masa dulu, kaum wanita tidak memiliki baju atas sehingga mereka hanya memakai kain saja.
Akan tetapi, karena perkembangan tekstil yang semakin lancar, maka pakaian wanita bagi suku Nias pun turut mengalami perkembangan. Kaum wanita memakai baju atas setelah sebelumnya hanya memakai pakaian bagian bawah saja. Selain itu, bahan utama yang digunakan untuk membuat pakaian adat ini pun tidak memanfaatkan bahan sederhana lagi.
Sebaliknya, bahan utama yang digunakan adalah katun dan kain belacu. Meskipun warna pakaian adat ini didominasi oleh warna hitam, kuning, dan merah, setiap daerah memiliki perbedaan dominasi warna sesuai dengan kondisi geografis yang ditinggali.
Keunikan yang Dimiliki Pakaian Adat Nias

Baju adat Nias memang begitu menarik, dan tidak kalah unik dibandingkan dengan pakaian adat yang dimiliki oleh suku lain yang ada di Indonesia. Ini dia beberapa keunikan yang membuat pakaian adat Nias ini patut disebut sebagai salah satu pakaian adat terindah se-Indonesia.
1. Digunakan oleh Warga Biasa
Salah satu keunikan yang dimiliki oleh pakaian Baru Oholu & Õröba Si’öli adalah fungsinya yang tidak terbatas pada satu kaum sosial saja. Kebanyakan pakaian adat yang ada di Indonesia hanya diperuntukkan oleh keluarga kerajaan pada zaman dahulu, namun kini baju adat ini bisa dipakai oleh warga biasa.
Mereka bisa memakai kedua pakaian adat ini dengan bebas asalkan masih menghargai keaslian dan nilai luhur yang dimiliki keduanya. Karena tidak eksklusif pada beberapa orang saja, maka proses pelestarian pakaian adat ini pun bisa dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.
2. Tampak Sederhana Namun Mewah
Jika dibandingkan dengan pakaian adat yang ada di daerah lain, Baru Oholu & Õröba Si’öli memang tampak jauh lebih sederhana. Tidak ada aksesoris raksasa yang bisa membuat perhatian penonton menjadi fokus pada aksesoris tersebut, dan sebaliknya, pakaian adat ini lebih mengedepankan kesan sederhana namun mewah.
Hanya ada aksesoris tambahan pada bagian kepala, namun hal itupun tidak terlalu menonjol jika dilihat dari kejauhan. Karena itulah, pakaian adat ini seringkali dipuji karena perpaduan warna yang sesuai dan tidak terlalu berlebihan, namun tetap menonjolkan sisi unik suku Nias yang sangat kental di dalamnya.

3. Digunakan Oleh Presiden dan Ibu Negara
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Baru Oholu & Õröba Si’öli pernah menjadi pakaian adat yang disorot oleh lini masa, baik itu di luar negeri ataupun dari dalam negeri. Hal tersebut karena presiden Indonesia yakni Joko Widodo beserta ibu negara mengenakan kedua pakaian adat ini untuk dipamerkan pada beberapa kalangan.
Proses pameran itupun mendapatkan pujian yang melimpah, karena presiden mengajak warga Indonesia untuk lebih menghargai pakaian adat yang sudah diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi masa sekarang. Presiden dan ibu negara pun tampil dengan begitu elegan ketika memakai pakaian adat ini.
4. Digunakan pada Acara Tradisional
Baru Oholu & Õröba Si’öli biasanya dipakai ketika ada beberapa acara tertentu di daerah yang dihuni oleh suku Nias. Salah satu acara yang paling sering digunakan untuk memakai pakaian adat ini adalah ketika terjadi pernikahan. Mempelai wanita akan memakai Õröba Si’öli, sedangkan mempelai laki-laki memakai Baru Oholu.
Tidak hanya pernikahan saja, namun ada pula acara lainnya yang dimanfaatkan untuk memakai baju adat ini. Salah satu contohnya adalah ketika ada tarian dan acara tradisional tertentu seperti tradisi lompat batu yang biasanya diikuti oleh kaum laki-laki suku Nias.
Desain Pakaian Baru Oholu & Õröba Si’öli

Desain Baru Oholu & Õröba Si’öli terlihat sangat detail karena begitu banyak hal yang membuatnya menarik untuk dilihat. Berikut ini adalah beberapa desain yang seringkali ditemukan pada baju adat ini:
1. Pola dan Lambang
Pola dan lambang yang diterapkan pada Baru Oholu & Õröba Si’öli biasanya diambil dari hal yang ada di sekitar. Pola tersebut seringkali dianggap menyerupai budaya yang dimiliki oleh masyarakat Nias, mulai dari ukiran kayu dan karya batu yang biasanya ditemukan di rumah tradisional suku Nias.
Untuk coraknya sendiri, kebanyakan menerapkan corak segitiga yang bentuknya kecil-kecil dan digambar dalam jumlah banyak yang disebut Ni’ohulayo. Corak itu dianggap melambangkan semangat kepahlawanan bagi masyarakat Nias.
2. Perhiasan yang Dipakai
Bagi laki-laki yang memakai Baru Oholu, biasanya mereka akan diberi perhiasan seperti kalung yang dibuat dari tempurung kura-kura atau kelapa. Kalung itu disebut sebagai kalabubu dan digunakan oleh pendekat setempat yang membuktikan bahwa dirinya adalah sosok yang sangat sakti dalam pertempuran.
Untuk kepala suku dan bangsawan laki-laki, mereka akan memakai anting-anting yang ditaruh pada telinga sebelah kanan saja. Sedangkan untuk kaum wanita, mereka akan memakai anting dan gelang yang ukurannya cukup besar. Selain itu, mereka juga memakai kerang, emas, kuningan, manik-manik, dan tembaga.
Makna Pakaian Baru Oholu & Õröba Si’öli

Warna yang dominan pada Baru Oholu & Õröba Si’öli adalah warna yang cukup mencolok, seperti kuning, emas, merah, putih, dan hitam. Seluruh warna tersebut memiliki makna tersendiri, seperti:
1. Warna Putih
Warna putih pada Baru Oholu & Õröba Si’öli menggambarkan kesucian dan kedamaian. Karena itu, terkadang pemuka agama lawas sering memakai pakaian adat yang warnanya putih.
2. Warna Hitam
Warna hitam biasanya lebih sering digunakan oleh masyarakat biasa atau golongan petani. Warna hitam ini menggambarkan ketabahan, kewaspadaan, kesedihan yang dirasakan oleh masyarakat biasa.
3. Warna Kuning
Biasanya, pakaian adat yang didominasi warna kuning akan digunakan oleh kaum bangsawan. Warna kuning menggambarkan kekayaan, kebesaran, kejayaan, dan kemakmuran yang dimiliki oleh bangsawan.
Demikianlah informasi mengenai Baru Oholu & Õröba Si’öli yang dipenuhi oleh filosofi indah dan mengagumkan. Karena termasuk ke dalam budaya tradisional yang wajib untuk dilestarikan, maka marilah kita mengapresiasi nilai moral dan makna mendalam yang dimiliki oleh pakaian adat masyarakat Nias ini.